TEKANAN DARAH
Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh
arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia.
Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti
berikut - 120 /80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh
arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan
sistole.
Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan
disebut tekanan diastole.
Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat Anda istirahat
dan dalam keadaan duduk atau berbaring.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi
secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh
lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik,
dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika
beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di
waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.
Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari
biasanya secara berkelanjutan, orang itu dikatakan mengalami masalah darah tinggi.
Penderita darah tinggi mesti sekurang-kurangnya mempunyai tiga bacaan tekanan
darah yang melebihi 140/90 mmHg
saat istirahat.
Tekanan
darah tinggi, atau hipertensi, merupakan salah satu penyebab kematian paling
sering di dunia. Hampir satu miliar orang di dunia berisiko terkena kegagalan
jantung, serangan jantung, stroke, gagal ginjal dan kebutaan akibat hipertensi.
Hipertensi terjadi ketika volume darah meningkat dan/atau saluran darah
menyempit, sehingga membuat jantung
memompa lebih keras untuk menyuplai oksigen dan nutrisi kepada setiap sel di
dalam tubuh.
Tekanan
darah diukur berdasarkan tekanannya terhadap dinding pembuluh darah (yang
besarannya dinyatakan dalam mmHg). Angka 120/80 mmHg adalah tekanan darah yang
normal yang terjadi pada waktu jantung memompa (systole) dan berisitirahat
(diastole). Jika tekanan darah melebihi tingkat yang normal, maka resiko kerusakan bisa terjadi pada organ
organ vital di dalam tubuh seperti jantung, ginjal, otak, dan mata. Hal ini
meningkatkan resiko kejadian yang bisa berakibat fatal seperti serangan jantung
dan stroke.
Sistem
Renin merupakan sistem pengatur tekanan
darah di dalam tubuh. Dia bekerja dengan melepaskan protein, seperti
angiotensin II (Ang II), yang dapat mempengaruhi volume darah dan kontraksi
pembuluh darah. Sistem Renin diaktifkan oleh enzim Renin. Karena itu riset
tentang tekanan darah tinggi dan pengembangan obat-obatannya dari dulu sudah
difokuskan pada pengontrolan berbagai titik dalam sistem Renin..
Perlunya menghambat Sistem Renin pada Titik Aktifasi.
Sudah lebih dari 40 tahun para
peneliti obat-obatan memusatkan penelitian mereka pada upaya untuk mengontrol
aktifasi berlebihan dari sistem Renin pada berbagai titik. Misalnya, penghambat
ensim-konversi angiotensin (ACE inhibitor) dapat menurunkan tekanan darah
dengan memblokir pembentukan Ang II (angiotensin II). Akan tetapi, ACE
inhibitor tidak bisa menghentikan proses ini secara keseluruhan karena
Ang II bisa diproduksi dengan
cara lain. Obat hipertensi yang lain, angiotensin receptor blocker (ARB)
bekerja dengan cara memblokir aksi Ang II. Walaupun ACE dan ARB dengan efektif
bisa menurunkan tekanan darah, mereka tidak bekerja pada titik aktifasi sistem
Renin.
Tekanan
darah tinggi Masih Menjadi Isu Utama Kesehatan di Dunia
Riset selama enam dekade telah menghasilkan beragam obat tekanan darah
tinggi; walaupun demikian lebih dari 70% orang di dunia yang menderita
hipertensi masih belum terkontrol dan
masih beresiko terkena serangan jantung, stroke dan komplikasi lain. Hipertensi
– dan akibatnya – merupakan pembunuh nomor satu di dunia.
|
ACE Inhibitors
|
Angiotensin II Receptor
Blockers (ARB)
|
Direct Renin Inhibitors
|
Pendekatan Terapi
|
Melebarkan pembuluh darah dan menurunkan hambatan
pada pembuluh darah, sehingga darah dapat mengalir lebih baik dan jantung
bekerja lebih efisien. ACE inhibitor digunakan untuk gejala gagal jantung dan
untuk menurunkan tekanan darah. ACE inhibitor menghambat pembentukan Ang II
di dalam tubuh
|
Menunjukkan efek yang sama seperti ACE
inhibitor akan tetapi lebih bisa ditoleransi karena tidak begitu menyebabkan
batuk. Tidak seperti ACE inihibitor yang menurunkan kadar Ang II, ARB mencegah dampak protein ini pada jantung,
dan pembuluh darah, sehingga mencegah kenaikan tekanan darah.
|
Bekerja di dalam sistem Renin, yang merupakan titik sentral dari pengaturan tekanan
darah. Karena dengan secara langsung menghambat titik aktifasi sistem ini –
renin - Direct Renin Inhibitor menurunkan aktifitas Sistem Renin yang
diukur dengan aktivitas plasma renin (plasma renin activity (PRA)).
|
Aliskiren - Renin Inhibitor
pertama
Suatu zat
yang dikembangkan oleh Novartis -aliskiren,- merupakan hasil penelitian
bertahun-tahun mengenai renin inhibitor. Aliskiren adalah direct renin
inhibitor pertama yang tersedia di dunia. Penelitian
menunjukkan bahwa aliskiren bekerja secara langsung menghambat renin dan
mengurangi aktifitas renin plasma (PRA). Percobaan fase III yang dilakukan
secara ekstensif telah dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas dan keamanan
aliskiren jika digunakan secara sendiri dan secara kombinasi dengan obat
hipertensi lain.
Apa sih Tekanan Darah ?
Sebelum membahas mengenai tekanan darah tinggi atau hipertensi, ada
baiknya mengenal terlebih dahulu tentang tekanan darah. Saat melakukan
pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis ke dokter, biasanya ada alat khusus
yang digunakan oleh dokter untuk memeriksa tekanan darah. Alat untuk memeriksa
tekanan darah disebut sphigmomanometer atau dikenal juga dengan tensimeter. Ada
tensimeter digital dan ada juga tensimeter air raksa yang masih umum digunakan
untuk pemeriksaan klinis.
Memeriksa
Tekanan Darah
Saat memeriksa
tekanan darah, ada dua angka yang biasanya disebut misalnya 120/80. Apa yang
dimaksud angka-angka tersebut ?
Sistolik
Angka pertama
(120) yaitu tekanan darah sistolik, yaitu tekanan saat jantung berdenyut atau
berdetak (sistol). Sering disebut tekanan atas.
|
Diastolik
Angka pertama
(90) yaitu tekanan darah diastolik, yaitu tekanan saat jantung beristirahat
di antara saat pemompaan. Sering disebut tekanan bawah.
|
|
Dokter akan melakukan pemeriksaan tekanan darah dengan menyuruh
pasiennya duduk atau berbaring, karena itu posisi terbaik untuk mengukur
tekanan darah. Lalu dokter biasanya akan mengikat kantung udara pada lengan
kanan kecuali pada lengan tersebut terdapat cedera. Setelah itu, dilakukan
pengukuran tekanan darah. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik
disebut tekanan denyut.
Apa yang dimaksud dengan tekanan darah ? Tekanan darah yaitu tekanan
yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke
seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran
dan biasanya terdapat dua angka yang akan disebut oleh dokter. Misalnya dokter
menyebut 140-90, maka artinya adalah 140/90 mmHg.
Angka pertama (140) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat
denyutan jantung atau pada saat jantung berdenyut atau berdetak, dan disebut
tekanan sistolik atau sering disebut tekanan atas. Angka kedua (90) menunjukkan
tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan
diastolik atau sering juga disebut tekanan bawah.
Setelah mengetahui tekanan darah, pasti kamu ingin mengetahui apakah
tekanan darahmu termasuk rendah, normal atau tinggi. Berikut ini penggolongan
tekanan darah berdasarkan angka hasil pengukuran dengan tensimeter untuk
tekanan sistolik dan diastolik:
Mengapa Tekanan
Darah Meningkat ?
Apa yang menyebabkan tekanan darah bisa meningkat ? Sebagai ilustrasi,
bayangkan jika sedang menyiram kebun dengan selang. Kalau ujung selang ditekan,
maka air yang keluar akan semakin kencang. Hal itu karena tekanan air meningkat
ketika selang ditekan. Selain itu, jika memperbesar keran air, maka aliran air
yang melalui selang akan semakin kencang karena debit air yang meningkat.
Hal yang sama juga terjadi dengan darah kamu. Jika pembuluh darah
menyempit, maka tekanan darah di dalam pembuluh darah akan meningkat. Selain
itu, jika jumlah darah yang mengalir bertambah, tekanan darah juga akan
meningkat.
Penyebab Darah
Tinggi
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang memiliki tekanan darah
tinggi. Ada faktor penyebab tekanan darah tinggi yang tidak dapat dikendalikan.
Ada juga yang dapat dikendalikan sehingga bisa mengatasi penyakit darah tinggi.
Beberapa faktor tersebut antara lain:
- Keturunan
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Jika seseorang memiliki orang-tua
atau saudara yang memiliki tekanan darah tinggi, kemungkinan dia menderita
tekanan darah tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan
darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak
identik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan
untuk masalah tekanan darah tinggi.
- Usia
Faktor ini tidak bisa kamu kendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa
seraya usia seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Kamu tidak
dapat mengharapkan bahwa tekanan darah saat muda akan sama ketika bertambah
tua. Namun kamu dapat mengendalikan agar jangan melewati batas atas yang
normal.
- Garam
Faktor ini bisa dikendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah
dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita
hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.
- Kolesterol
Faktor ini bisa dikendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam
darah, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal
ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan
meningkat. Kendalikan kolesterol sedini mungkin.
- Obesitas / Kegemukan
Faktor ini bisa kamu kendalikan. Orang yang memiliki berat badan di
atas 30 persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita
tekanan darah tinggi.
- Stres
Faktor ini bisa dikendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil
juga dapat memicu tekanan darah tinggi.
- Rokok
Faktor ini bisa kamu kendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan
darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes,
serangan jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus
dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang
sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan
jantung dan darah.
- Kafein
Faktor ini bisa kamu kendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, teh
maupun minuman cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.
·
Alkohol
Faktor ini bisa dikendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga
menyebabkan tekanan darah tinggi.
- Kurang Olahraga
Faktor ini bisa dikendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa
menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu
menurunkan tekanan darah tinggi. Namun jangan melakukan olahraga yang berat
jika menderita tekanan darah tinggi.
Mencegah dan
Mengatasi Darah Tinggi
Untuk mencegah darah tinggi bagi yang masih memiliki tekanan darah
normal ataupun mengatasi darah tinggi bagi kamu yang sudah memiliki tekanan
darah tinggi, maka saran praktis berikut ini dapat dilakukan:
- Kurangi konsumsi garam dalam makanan. Jika sudah menderita tekanan darah tinggi sebaiknya menghindari makanan yang mengandung garam.
- Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium dan kalsium. Kalium, magnesium dan kalsium mampu mengurangi tekanan darah tinggi.
- Kurangi minum minuman atau makanan beralkohol. Jika menderita tekanan darah tinggi, sebaiknya hindari konsumsi alkohol secara berlebihan. Untuk pria yang menderita hipertensi, jumlah alkohol yang diizinkan maksimal 30 ml alkohol per hari sedangkan wanita 15 ml per hari.
- Olahraga secara teratur bisa menurunkan tekanan darah tinggi. Jika menderita tekanan darah tinggi, pilihlah olahraga yang ringan seperti berjalan kaki, bersepeda, lari santai, dan berenang. Lakukan selama 30 hingga 45 menit sehari sebanyak 3 kali seminggu.
- Makan sayur dan buah yang berserat tinggi seperti sayuran hijau, pisang, tomat, wortel, melon, dan jeruk.
- Jalankan terapi antistres agar mengurangi stres dan kendalikan emosimu.
- Berhenti merokok juga berperan besar untuk mengurangi tekanan darah tinggi atau hipertensi.
- Kendalikan kadar kolesterol.
- Kendalikan diabetes.
- Hindari obat yang bisa meningkatkan tekanan darah. Konsultasikan ke dokter jika menerima pengobatan untuk penyakit tertentu, untuk meminta obat yang tidak meningkatkan tekanan darah.
MAP ( MEN ARTERIAL PRESSURE )
Tekanan arteri rata-rata merupakan tenaga utama yang mendorong darah ke
jaringan. Tekanan tersebut harus dijaga karena jika terlalu lemah, aliran darah
tidak akan adekuat ke organ dan jaringan. Sementara jika berlebih, jantung akan
bekerja terlalu keras serta terjadi peningkatan resiko kerusakan vaskular
maupun rupturnya pembuluh darah kecil. Tekanan ini ditentukan oleh dua faktor
yaitu cardiac output dan resistensi perifer total (TPR).
Karena tergantung dengan cardiac output dan derajat vasokonstriksi
arteriol, jika arteriol dalam suatu organ berdilatasi, arteriol di organ lain
harus berkonstriksi untuk tetap menjaga tekanan darah yang adekuat. Tekanan
yang adekuat tersebut tidak hanya membantu darah untuk terbawa ke organ yang
bervasodilatasi, tapi juga ke otak yang tergantung pada volume darah yang
konstan. Oleh karena itu, walaupun organ-organ
membutuhkan darah
secara bervariasi, sistem kardiovaskular selalu menjaga supaya tekanan darah
tetap konstan. (1)
Tekanan arteri rata-rata secara konstan dimonitor oleh baroreseptor di
dalam sistem sirkulasi. Saat deviasi terdeteksi, respon refleks multiple akan
terinisiasi untuk mengembalikan ke nilai normal. Penentuan jangka pendek yang
terjadi dalam hitungan detik terjadi karena perubahan cardiac output dan
resistensi perifer total yang dimediasi oleh sistem saraf otonom yang
mempengaruhi jantung, vena dan arteriol. Jangka panjang, yang terjadi dalam hitungan
menit sampai hari, melibatkan penentuan total volume darah dengan memulihkan
garam normal dan keseimbangan air melalui mekanisme yang mengatur output urin
dan rasa haus.
Berikut adalah
faktor-faktor fisiologis utama yang dapat mempengaruhi tekanan darah. (2)
1. Pengembalian darah melalui vena/jumlah darah yang
kembali ke jantung melalui vena. Jika darah yang kembali menurun, otot jantung
tidak akan terdistensi, kekuatan ventrikular pada fase sistolik akan menurun
dan tekanan darah akan menurun. Hal ini bisa disebabkan oleh perdarahan berat.
Pada keadaan tidur atau berbaring dimana tubuh dalam keadaan posisi horizontal,
pengembalian darah ke jantung melalui vena bisa dipertahankan dengan mudah.
Tapi, ketika berdiri aliran darah vena kembali ke jantung mengalami tahanan
lain, yaitu gravitasi. Tedapat tiga mekanisme membantu pengembalian darah
melalui vena, yakni konstriksi vena, pompa otot rangka, dan pompa respirasi.
2. Frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Secara umum, apabila
frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung meningkat, tekanan darah ikut
meningkat. Inilah yang terjadi saat exercise. Akan tetapi, apabila
jantung berdetak terlalu kencang, ventrikel tidak akan terisi sepenuhnya
diantara detakan, sehingga curah jantung dan tekanan darah akan menurun.
3. Resistensi perifer. Yaitu resisitensi dari pembuluh
darah bagi aliran darah. Arteri dan vena biasanya sedikit terkonstriksi,
sehingga tekanan darah diastol normal.
4. Elastisitas arteri besar. Saat ventrikel kanan
berkontraksi, darah yang memasuki arteri besar akan membuat dinding arteri
berdistensi. Dinding arteri bersifat elastis dan dapat menyerap sebagain gaya
yang dihasilkan aliran darah. Elastisitas ini menyebabkan tekanan diastol yang
meningkat dan sistol yang menurun. Saat ventrikel kiri berelaksasi, dinding
arteri juga akan kembali ke ukuran awal, sehingga tekanan diastol tetap berada
di batas normal.
5. Viskositas darah. Viskositas darah normal bergantung pada keberadaan
sel darah merah dan protein plasma, terutama albumin. Kadar sel darah merah
yang terlalu tinggi pada seseorang, sehingga menyebabkan peningkatan viskositas
darah dan tekanan darah, sangatlah jarang, akan tetapi masih dapat terjadi pada
kondisi polisitemia vena dan perokok berat. Kekurangan sel darah merah, seperti
pada kondisi anemia, akan menyebabkan kondisi berbalik dari sebelumnya. Pada
saat kekurangan, mekanisme penjaga tekanan darah seperti vasokonstriksi akan
terjadi untuk mempertahankan tekanan darah normal.
6. Kehilangan darah. Kehilangan darah dalam jumlah kecil,
seperti saat donor darah, akan menyebabkan penurunan tekanan darah sementara,
yang akan langsung dikompensasi dengan peningkatan tekanan darah dan
peningkatan vasokonstriksi. Akan tetapi, setelah perdarahan berat, mekanisme
kompensasi ini takkan cukup untuk mempertahankan tekanan darah normal dan
aliran darah ke otak. Walaupun seseorang dapat selamat dari kehilangan 50% dari
total darah tubuh, kemungkinan terjadinya cedera otak meningkat karena
banyaknya darah yang hilang dan tidak dapat diganti segera.
7. Hormon. Beberapa hormon memiliki efek terhadap tekanan darah.
Contohnya, pada saat stress, medula kelenjar adrenal akan menyekresikan
norepinefrin dan epinefrin, yang keduanya akan menyebabkan vasokonstriksi
sehingga meningkatkan tekanan darah. Selain dari vasokonstriksi, epinefrin juga
berfungsi meningkatkan heart rate dan gaya kontraksi. Hormon lain yang
berperan adalah ADH yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis posterior saat
tubuh mengalami kekurangan cairan. ADH akan meningkatkan reabsorpsi cairan pada
ginjal sehingga tekanan darah tidak akan semakin turun. Hormon lain,
aldosteron, memiliki efek serupa pada ginjal, dimana aldosteron akan
mempromosikan reabsorpsi Na+, lalu air akan mengikuti ion Na+
ke darah.
RUMUS TPO= MAP-TIK
Tekanan
Arteri
Tekanan pada aorta serta dalam brachial dan arteri besar lainnya pada
manusia dewasa muda bisa mencapai nilai puncak (tekanan sistol) sekitar 120
mmHg selama siklus jantung dan bisa menurun minimal sampai sekitar 70mmHg
(tekanan diastol). Penulisan nilai tekanan darah pada pengukuran diawali dengan
tekanan sistol diikuti diastol, misalnya adalah 120/70 mmHg. Satu milimeter
merkuri sama dengan 16.0/9.3 kPa. Perbedaan antara tekanan sistol dan diastol
yang normalnya adalah sekitar 50mmHg disebut dengan tekanan nadi. Sementara
itu, tekanan arteri rata-rata adalah tekanan rata-rata pada keseluruhan siklus
jantung. Karena sistol lebih pendek daripada diastol, tekanan rata-rata kurang
dari setengah tekanan sistol ditambah diastol.Nilanya mendekati nilai tekanan
diastol ditambah sepertiga tekanan nadi.
Tekanan darah akan menurun sedikit pada arteri berukuran besar atau
sedang karena kecilnya resistensi untuk mengalir. Sementara itu, pada arteri
kecil dan arteriol, tekanan darah akan menurun drastis karena di sana merupakan
tempat utama resistensi perifer yang melawan pompa jantung. Mean pressure pada
ujung arteriol adalah sekitar 30-38mmHg. Tekanan nadi juga akan menurun
hingga menjadi 5 mmHg pada ujung arteriol. Besarnya penurunan tekanan
bervariasi tergantung apakah arteriol berdilatasi atau berkonstriksi.
Efek Gravitasi
Selain faktor dalam pembuluh darah, ternyata tekanan darah juga bisa
dipengaruhi oleh gravitasi. Hal tersebut menyebabkan tekanan pada pembuluh yang
berada di atas jantung akan berkurang dan yang berada di bawah jantung akan
meningkat. Besarnya efek gravitasi adalah 0.77 mmHg/cm jarak vertikal di atas
atau di bawah jantung pada darah dengan densitas normal. Oleh karena itu, pada
manusia dewasa yang sedang dalam posisi tegak lurus, saat mean pressure
arterial pada jantung sebesar 100 mmHg, mean pressure pada arteri besar di
kepala (50 cm dari jantung) adalah 62 mmHg sedangkan tekanan pada arteri besar
di kaki (105 cm di bawah jantung), adalah 180 mmHg. Hal yang sama juga berlaku
pada tekanan vena.
Tekanan Darah
Arteri Normal
Tekanan darah pada arteri brachial pada dewasa muda pada posisi duduk
saat istirahat adalah sekitar 120/70mmHg. Karena merupakan hasil dari cardiac
output dan resistensi perifer, tekanan arteri dipengaruhi kondisi-kondisi yang
mempengaruhi faktor-faktor tersebut. Emosi akan meningkatkan cardiac output dan
resistensi perifer. Sekitar 20% pasien hipertensi memiliki tekanan darah yang
lebih tinggi saat berada di tempat praktik dokter dari pada di rumah. Saat
tidur, tekanan darah normalnya turun sampai 20 mmHg selama tidur. Penurunan ini
akan lebih sedikit bahkan tidak ada pada pasien hipertensi.
Ada pendapat umum yang menyatakan bahwa tekanan darah akan naik seiring
dengan waktu atau usia, tetapi besarnya peningkatan tersebut tidak menentu
karena hipertensi merupakan penyakit yang umum terjadi dan insidensinya
meningkat seiring meningkatnya usia. Individu yang memiliki tekanan darah
sistol <120mmHg pada usia 50-60 tahun dan tidak pernah mengalami gejala
hipertensi, ternyata juga tetap akan mengalami peningkatan tekanan sistol.
Peningkatan ini diperkirakan merupakan nilai peningkatan yang normal pada
individu. Sementara itu, individu dengan hipertensi ringan yang tidak ditangani
menunjukan peningkatan tekanan sistol yang lebih signifikan. Pada kedua
kelompok tersebut, tekanan diastol juga mengalami peningkatan, tetapi akan
kembali turun pada usia paruh baya ketika kekakuan arteri meningkat. Akibatnya,
tekanan nadi akan meningkat seiring dengan usia.
Sirkulasi
Kapiler
Pengukuran tekanan dan aliran darah kapiler sulit dilakukan sehingga
tekanan kapiler ditentukan dengan memperkirakan jumlah tekanan eksternal yang
dibutuhkan untuk menutup jalan kapiler atau jumlah tekanan yang dibutuhkan
untuk membuat saline mengalir melewati mikropipet yang disisipkan sehingga
ujungnya menghadap akhir dari arteriolar kapiler.
Tekanan kapiler sangat bervariasi , tetapi nilai umum pada kapiler kuku
saat tidur adalah 32 mmHg pada ujung arteriolar dan 15 mmHg pada ujung vena.
Tekanan nadinya adalah sekitar 5 mmHg pada ujung arteriolar dan 0 pada ujung
vena. Kapiler berukuran pendek, tapi darah juga bergerak lambat (sekitar 0.07
cm/s) karena total area potongan melintang kapiler luas. Waktu transit dari
arteriolar ke ujung venular pada kapiler berukuran rata-rata adalah 1 sampai
dua detik.
Pada jaringan yang sedang berisitirahat, kebanyakan kapiler dalam
keadaan kolaps. Pada jaringan yang aktif, metaarteriol dan sfingter prekapiler
berdilatasi. Tekanan intrakapiler akan meningkat dan darah mengalir ke seluruh
kapiler. Relaksasi otot halus metaarteriol dan sfingter prekapiler disebabkan
oleh aktivitas metabolit vasodilator yang terbentuk pada jaringan aktif.
Setelah terjadi stimulasi bahaya, subtansi P dilepaskan oleh refleks
akson yang akan meningkatkan permeabilitas kapiler. Bradikinin dan histamin
juga meningkatkan permeabilitas kapiler.
Sirkulasi
Vena
Darah mengalir melalui pembuluh darah, termasuk vena, utamanya karena
kegiatan pompa jantung. Meskipun begitu, ternyata vena juga dibantu oleh denyut
jantung, peningkatan pada tekanan intratorak negatif selama inspirasi dan
kontraksi otot skeletal yang mengkompres vena (muscle pump).
Tekanan pada venula adalah 12 sampai 18 mmHg. Pada vena yang lebih
besar di luar torak, nilainya bisa turun sampai dengan 5.5 mmHg,. Tekanan pada
vena besar di pintu masuk atrium kanan (central venous pressure)
rata-rata sebesar 4.6mmHg, tetapi berfluktuasi tergantung respirasi dan kerja
jantung.
Tekanan vena perifer, sebagaimana tekanan arterial, dipengaruhi oleh
gravitasi. Saat aliran darah mengalir dari venula ke vena besar,kecepatan
rata-ratanya akan meningkat mengingat luas penampang cross sectional pembuluh
berkurang. Pada vena besar, kecepatan aliran darah hanya seperempat dari pada
di aorta, yaitu sekitar 10 cm/s.
Pompa Otot
Pada tungkai, vena dikelilingi oleh otot skeletal dan kontraksi otot
tersebut selama aktivitas akan mengkompresi vena. Selain itu, pulsasi dari
arteri di dekatnya juga bisa mengkompresi vena. Pada posisi berdiri dan tenang
(tidak ada aktivitas tambahan), tekanan vena pada ankle adalah 85-90 mmHg.
Timbulnya genangan darah pada vena kaki akan mengurangi pengembaliannya ke
jantung sehingga kardiak outputnya akan menurun, bahkan bisa menyebabkan
seseorang pingsan. Kontraksi ritmik otot tungkai selama seseorang berdiri akan
menurunkan tekanan vena menjadi kurang dari 39 mmHg dengan menggerakan darah
menuju jantung. Pada pasien yang mengalami vena varises, pergerakan darah
tersebut akan berkurang karena katupnya tidak kompeten. Meskipun begitu,
kontraksi otot tetap akan menghasilkan pergerakan darah ke jantung karena resistensi
vena yang lebih besar yang mengarah ke jantung adalah kurang dari resistensi
pembuluh darah kecil yang jauh dari jantung.
Efek Aktivitas
Pernafasan pada Pengembalian Vena
Adanya aktivitas pernafasan
menyebabkan tekanan dalam rongga dada menjadi sekitar 5 mmHg, kurang dari
tekanan atmosfer. Sementara itu, saat sistem vena mengembalikan darah ke
jantung dari bagian bawah tubuh, darah akan melewati rongga dada dan terekspos
dengan tekanan tersebut. Karena sistem vena dari tungkai dan abdomen mendapatkan
tekanan atmosfer normal, terjadilah gradien tekanan antara vena di dada dengan
vena yang kebih bawah. Hal tersebut akan membantu dalam mengalirkan darah
kembali ke jantung. Mekanisme inilah yang sering disebut sebagai respiratory
pump.
Pengukuran
Tekanan Vena
Tekanan vena sentral bisa diukur secara langsung dengan menyisipkan
kateter ke dalam vena besar torak. Tekanan vena perifer berkorelasi dengan
tekanan vena sentral pada hampir semua kondisi. Untuk mengukur tekanan vena
perifer, sebuah jarum yang ditempelkan ke manomenter berisi saline steril
disisipkan ke vena tangan. Vena perifer tersebut sebaiknya sama tingginya
dengan atrium kanan (titik tengah diameter dada dari punggun pada posisi
supinasi). Nilai yang didapat dalam milimeter saline bisa dikonversi menjadi
milimeter merkuri (mmHg) dengan membaginya dengan 13.6 (densitas merkuri).
Tekanan normal pada vena antekubiti adalah 7.1 mmHg, lebih tinggi daripada di
vena sentral yang hanya 4.6 mmHg.
Perkiraan yang cukup akurat untuk menentukan tekanan vena sentral bisa
dilakukan juga tanpa dengan peralatan dengan melakukan pengukuran JVP. Jarak
vertikal antara atrium kanan dan tempat vena kolaps adalah tekanan vena dalam
milimeter darah.
Tekanan vena sentral berkurang selama tekanan negatif saat bernafas
serta syok. Sebaliknya, nilainya akan meningkat pada tekanan positif saat
bernafas, tegang, ekspansi volume darah, dan gagal jantung. Pada gagal jantung
kongestif atau obstruksi vena cava, tekanan pada vena antecubiti bisa mencapai
20 mmHg atau bahkan lebih.
Pengukuran
Tekanan Darah
Tekanan darah hampir selalu dapat dinyatakan dalam milimeter air raksa
(mmHg) karena manometer air raksa telah dipakai sejak lama sebagai rujukan baku
untuk pengukuran tekanan. Sebenarnya, tekanan darah berarti daya yang
dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh. Tekanan
dalam pembuluh sebesar 50 mmHg berarti daya yang dihasilkan cukup untuk
mendorong kolom air raksa melawan gravitasi sampai setinggi 50 mm.
Kadang-kadang, tekanan dinyatakan dalam sentimeter air (cm H20).
Satu milimeter tekanan air raksa sama dengan 1,36 tekanan air karena berat
jenis air raksa adalah 13, 6 kali dari air dan 1 sentimeter adalah 10 kali
milimeter.
Metode auscultasi telah menjadi andalan pengukuran tekanan darah klinis
selama tekanan darah telah diukur, namun secara bertahap digantikan oleh teknik
lain yang lebih cocok untuk pengukuran otomatis.
Metode
Auscultasi–Sphygmomanometerer mercury, aneroid, dan hybrid
Hampir 100 tahun setelah pertama kali ditemukan, teknik Korotkoff untuk
mengukur tekanan darah terus digunakan tanpa perbaikan substansial. Arteri
brakialis tersumbat oleh manset yang ditempatkan di sekeliling lengan atas dan
ditingkatkan sampai melebihi tekanan sistolik. Saat manset dikempiskan secara
bertahap, aliran darah kembali berdenyut dengan disertai suara yang dapat
dideteksi dengan stetoskop yang diletakan pada arteri tepat di bawah manset.
Secara tradisional, suara telah diklasifikasikan sebagai 5 tahap: fase I,
munculnya suara yang jelas berkaitan dengan munculnya denyut yang dapat
dipalpasi; fase II, suara menjadi lebih lembut dan lebih lama; fase III, suara
menjadi lebih tajam dan keras; fase IV, suara menjadi teredam dan lebih lembut;
dan fase V, suara hilang sepenuhnya. Tahap kelima demikian tercatat sebagai suara
terdengar terakhir.
Suara diperkirakan berasal dari kombinasi aliran darah turbulen dan
osilasi dari dinding arteri. Ada kesepakatan bahwa awal tahap I sesuai dengan
tekanan sistolik meskipun censerung lebih rendah daripada pengukuran langsung
intra arteri. Hilangnya suara (tahap V) sesuai dengan tekanan diastolik tetapi
cenderung terjadi sebelum tekanan diastolik yang ditentukan oleh pengukuran
langsung intra arteri.Pada tahap II dan III, tidak ada tanda klinis yang
berarti.
Kisaran perbedaan hasil tekanan darah antara metode auskultasi dengan
tekanan intra arterial cukup mencolok. Bahkan, ada yang menyatakan terdapat
perbedaan sampai 25 mmHg pada beberapa individual. Setelah terdapat perdebatan
apakah yang digunakan sebagai penanda tekanan diastol suara pada fase keempat
atau kelima,kini ada konsensus umum bahwa fase kelima harus digunakan, kecuali
dalam situasi di mana hilangnya suara tidak dapat dipercaya ditentukan karena
suara yang terdengar bahkan setelah deflasi lengkap dari manset, misalnya, pada
wanita hamil, pasien dengan fistula arteriovenosa (misalnya, untuk
hemodialisis), dan aorta insufficiency.
Pada pasien yang tua dengan tekanan nadi yang lebar, suara Korotkoff
mungkin menjadi tak terdengar antara tekanan sistolik dan diastolik, dan terbentuk
kembali ketika deflasi manset dilanjutkan. Fenomena ini dikenal sebagai auscultatory
gap. Pada beberapa kasus, hal tersebut berkaitan dengan fluktuasi tekanan
intraarteri serta pasien dengan kerusakan organ target.Auscultatory gap
biasanya bisa dihilangkan dengan meninggikan lengan di atas kepala sebelum
pengukuran. Manuver ini mengurangi volume pembuluh darah di tungkai dan
meningkatkan aliran untuk meningkatkan suara Korotkoff.
Teknik
Oscillometric
Ketika tekanan osilasi dalam manset sphygmomanometer dicatat selama
deflasi bertahap, titik osilasi maksimal ternyata sesuai dengan tekanan arteri
rata-rata. Osilasi dimulai jauh di atas tekanan sistolik dan berlanjut sampai
di bawah diastolik, sehingga tekanan sistolik dan diastolik hanya dapat
diperkirakan secara tidak langsung menurut beberapa algoritma yang diturunkan
secara empiris. Salah satu keuntungan dari metode ini adalah bahwa transduser
tidak perlu ditempatkan di atas arteri brakialis, sehingga penempatan manset
tidak kritis. Potensi keuntungan lainnya adalah untuk memonitor saat berada di
ambulan karena metode ini tidak terpengaruh kebisingan eksternal (tetapi bukan
untuk getaran mekanik frekuensi rendah), dan bahwa manset dapat dilepas dan
diganti oleh pasien, misalnya, untuk mandi. Masalah utama dengan teknik ini
adalah amplitudo dari osilasi tergantung pada beberapa faktor selain tekanan
darah, terutama kekakuan arteri. Dengan demikian, pada orang tua dengan arteri
kaku dan tekanan nadi yang lebar, tekanan arteri rata-rata mungkin jauh di bawah
nilai sebenarnya. Algoritma yang digunakan untuk mendeteksi tekanan sistolik
dan diastolik berbeda dari satu perangkat ke perangkat lainnya dan tidak
dibocorkan oleh produsen. Perbedaan antar perangkat telah secara dramatis
ditunjukkan oleh penelitian yang menggunakan simulasi gelombang tekanan, di
mana suatu tekanan sistolik 120 mmHg tercatat 110 serta 125 mmHg oleh perangkat
berbeda. Kerugian lain adalah perekam tersebut tidak bekerja dengan baik selama
aktivitas fisik, bila mungkin ada artefak gerakan yang besar.
Pengukuran
Invasif
Air raksa dalam manometer air raksa cukup lembam sehingga tidak dapat
naik atau turun secara cepat. Oleh karena itu, sangat baik untuk pengukuran
yang stabil. Bila dibutuhkan pencatatan tekanan yang berubah cepat, bisa digunakan
metode pengukuran lain. Misalnya adalah penggunaan transduser yang akan
mengubah tekanan darah dan atau perubahan tekanan yang cepat menjadi sinyal
listrik. Kemudian, sinyal listrik tersebut akan dicatat.
Selain itu, tekanan darah memang paling akurat diukur secara invasif
melalui jalur arterial. Ukuran tekanan arteri invasif dengan kanula
intravaskular mencakup pengukuran langsung terhadap tekanan arteri dengan
menempatkan jarum kanula dalam sebuah arteri (biasanya lingkaran di bawah siku,
tulang paha, atau tangan).
Kanula harus dihubungkan dengan sistem berisi fluida yang steril,
dihubungkan dengan sebiah sensor tekanan alektronik. Keuntungannnya, tekanan
secara konstan bisa dimonitor detak per detak dan bisa ditampilkan dalam bentuk
gelombang. Mengingat ini merupakan teknik invasif, penggunaannya biasanya
terbatas pada pasien yang memang dirawat intensif, binatang, anestesiologi dan
penelitian.
Transduser menggunakan membran metal yang sangat tipis dan sangat
teregang untuk membentuk salah satiu dinding ruang cairan. Ruang cairan
kemudian dihubungkan dengan pembuluh darah yang akan diukur tekanannya melalui
sebuah jarum atau kateter. Bila tekanannya tinggi, membran sedikit menonjol ke
luar dan bila tekanannya rendah, membran akan kembali ke posisi istirahat.
Pada beberapa tipe sistem pencatat dengan ketepatan tinggi ini, siklus
tekanan sampai 500 siklus per detik dapat dicatat secara akurat. Pada pemakaian
biasa, digunakan pencatat yang mampu mencatat perubahan tekanan secepat 20-100
siklus per detik.
Teknik ini juga memiliki efek samping yang sering dikaitkan dengan
trombosis, infeksi, dan perdarahan. Oleh karena itu dibutuhkan pengawasan yang
baik.
TEKANAN PERFUSI OTAK (TPO)
FISIOLOGI
Tekanan perfusi otak
CPP = MABP
CPP = MABP
ICP
Normal
90-10 = 80
Respons Cushing 100-20 = 80
Hipotensi
50-20 = 30
CPP < 70 mmHg
→ Hasil jelek
Mempertahankan perfusi cerebral
merupakan prioritas utama pada cedera
kepala .
merupakan prioritas utama pada cedera
kepala .
Aliran
darah otak
Aliran darah otak bergantung pada tekanan arteri serebral dan resistensi pembuluh-pembuluh
serebral. Aliran darah otak rata-rata sekitar
50-54 _ ml/100 _ gr/menit. Bila aliran darah otak 20
ml/100 gr/menit,elektroencefalografi (EEG) menunjukkan tanda iskemik. Bila
aliran darah otak 6-9 ml/100 gr/menit, Ca2+ masuk ke dalam sel. Aliran
darah otak proporsionalterhadap tekanan perfusi otak.Tekanan perfusi otak
adalah perbedaan tekanan arteri rata-rata (pada saatmasuk) dengan tekanan vena
rata-rata (saat keluar) pada
sinus sagitalis
lymph / cerebral venous junction
. Nilai
normalnya 80-90 _ mmHg. Akan tetapi, secara praktis, adalah
perbedaan tekanan arteri rata-rata (MAP= mean arterial pressure)dan tekanan
intrakranial rata-rata yang diukur setinggi foramen Monroe.
Tekanan perfusi otak _= MAP _
Tekanan intrakranial, akan menurun bila ada penurunantekanan arteri atau
kenaikkan tekanan intrakranial. Bila tekanan perfusi otak turunsampai 50 mmHg,
elektroensefalografi (EEG) akan terlihat melambat dan
ada perubahan-perubahan ke arah serebral iskemia. Tekanan perfusi otak
kurangdari _ 40 _ mmHg, EEG menjadi datar, menunjukkan
adanya proses iskemik yang berat yang bisa
Reversible atau irreversible. Bila tekanan perfusi otak
kurangdari _ 20 _ mmHg untuk jangka waktu lama, terjadi
iskemik neuron yang ireversible.
Pasien cedera
kepala dengan tekanan perfusi otak kurang dari 70 mmHgakan mempunyai prognosa
yang buruk. Pada tekanan intrakranial yang tinggi,supaya tekanan perfusi otak
adekuat, maka perlu tetap mempertahankan tekanandarah yang normal atau sedikit
lebih tinggi. Usaha kita adalah untukmempertahankan tekanan perfusi otak
normal, oleh karena itu, hipertensi yangmemerlukan terapi adalah bila tekanan
arteri rata-rata lebih besar dari _ 130-140 _ mmHg.
TEKANAN INTRA KRANIAL
Lebih dari separuh kematian karena trauma kepala disebabkan oleh
hipertensi intrakranial. Kenaikan tekanan intrakranial (TIK) dihubungkan dengan
penurunan tekanan perfusi dan aliran darah serebral (CBF) dibawah tingkat
kritis (60 mmHg) à
berakibat kerusakan otak iskemik.
Pengendalian TIK yang berhasil
mampu meningkatkan outcome yang signifikan.
Telah
dikembangkan pemantauan TIK tapi belum ditemukan metode yang lebih akurat dan
non invasive.
Pemantauan TIK yang berkesinambungan bisa menunjukkan indikasi yang tepat
untuk mulai terapi dan mengefektifkan terapi, serta menentukan prognosis.
TIK yang normal: 5-15 mmHg
TIK Ringan : 15 – 25 mmHg
TIK sedang : 25-40 mmHg
TIK berat : > 40 mmHg
Fisiologi Tekanan Intrakranial
Tekanan
Intrakranial menuju pada tekanan cairan serebrospinal (CSF) di dalam rongga
kranium. Selama CSF mengalir dalam sumbu kraniospinal, tidak tersumbat à tekanan CSF selalu konstan.
Variasi TIK tergantung pada:
- Diameter CSF
- Sirkulasi serebral
- abnormalitas intrakranial
Sirkulasi Serebral
- Otak mendapat 15 % curah jantung
- Aliran darah serebral secara global à volume darah per menit per 100 gram jaringan otak.
Kety dan Schmidt à CBF 53 ml/menit/100 gr otak pada individu muda
normal
Obrist à CBF 74,5 ml/menit/100 gr otak
Gray matter 24,8 ml/menit/100
gr otak.
- Volume darah serebral sebesar 2 % dari volume intrakranial (teknik beku pada hewan)
- Volume darah serebral 7% dari volume intrakranial (invivo pada manusia)
Jika taksiran ini benar,
pengembangan massa di kepala bisa mencapai ukuran sedang tanpa meningkatkan TIK
dengan menggeser darah dari rongga kepala.
Sirkulasi serebral dan TIK
menunjukkan efek yang bertolak belakang.
TIK meningkat mengakibatkan vasospasme dan
penurunan CBF. Bila TIK mendekati MAP à sirkulasi serebral berhenti.
Vasodilatasi serebral à volume darah serebral meningkat à TIK meningkat
Vasodilatasi :
-
Fisiologis
-
Patologis
Pembuluh darah serebral mengembang sebagai respon
terhadap hiperaktifitas fisiologis dalam otak.
à Vasodilatasi ini bersifat fokal dan tidak berarti
terhadap CBV.
- Relaksasi lebih luas terjadi pada hiperkapnea.
- CO2 menurunkan resistensi vaskular à CBV meningkat.
Pada PCO2 30-60 mmHg bebas
dari faktor-faktor yang mempengaruhi autoregulasi.
Perubahan 1 mmHg dari PaCO2 à 2,5% perubahan pada aliran darah serebral (CBF).
- PaCO2 tidak lagi mempengaruhi CBF saat mencapai 80 mmHg atau < 15 mmHg.
- Selama hipotensi sistemik yang parah
- Saat autoregulasi menghilang
à Efek CO2 menurun / menghilang
Kenaikan PCO2 5-7% à menaikkan CBF 75%
(peningkatan tekanan arteri sistemik yang
disebabkan oleh vasokonstriksi perifer)
Reaksi pembuluh darah perifer paradoks terhadap
hiperkapnea, terjadi karena pelepasan katekolamin dalam jumlah besar ke dalam
darah.
Hipokapnea akibat hiperventilasi aktif atau pasif à menurunkan CBF sepertiga nilai dasar (efek ini
bebas dari pH arteri)
Penurunan CBF à menghilangkan CBV dan TIK
Penurunan TIK tidak sampai semenit setelah
hiperventilasi buatan
Jika hiperventilasi dipertahankan dalam jangka
panjang TIK pelan-pelan akan meningkat walaupun tetap lebih rendah (butuh waktu
2 – 5 jam).
Hipokapnea (< 20 mmHg) tidak berarti secara
klinis, karena dihubungkan dengan hipoksia jaringan (saat kurva disosiasi
bergeser ke kiri).
Hipoksia yang berat à vasodilatasi dan peningkatan CBF.
Hiperkapnea + hipoksia yang parah à melumpuhkan p-embuluh darah dan berakibat
hilangnya autoregulasi (CBV meningkat dan peningkatan TIK).
Fisiologi Cairan Serebrospinal
Sebagian besar CSF diproduksi
oleh pleksus choroidalis dari ventrikulus lateralis, sisanya dihasilkan oleh
jaringan otak à dialirkan langsung ke rongga sub
arachnoid à diabsorpsi lewat vili arachnoid à sagitalis.
Pengikatan / penghilangan pleksus choroidalis akan
menurunkan CSF 60%.
Produksi CSF 0,3 – 0,5 cc/menit (450-500 cc/hari).
Karena hanya ada volume 150cc CSF di otak dewasa,
jadi ada 3 kali penggantian CSF selama sehari.
Produksi CSF bersifat konstan dan tidak tergantung
tekanan.
Variasi pada TIK tidak mempengaruhi laju produksi
CSF.
Absorpsi CSF secara langsung dipengaruhi oleh
kenaikan TIK.
Tempat utama penyerapan CSF à vili arachnoidalis (merupakan suatu katub yang
diatur oleh tekanan).
Bila fungsi katub rusak / jika tekanan sinus vena
meningkat, maka absorpsi CSF menurun, maka terjadilah peningkatan CSF.
Obstruksi terutama terjadi di aquaductus Sylvii
dan cisterna basalis.
Kalau aliran CSF tersumbat à hidrocephalus tipe obstruktif.
Respon tekanan / volume.
Tengkorak merupakan kotak kaku
yang membatasi pergerakan bebas maupun pengembangan otak.
Isi tengkorak :
- Otak.
- CSF : cairan serebrospinal Total Volume bersifat konstan
- Darah.
Jika salah satu komponen
meningkat maka terjadi penurunan komponen lain (Hukum Monroe-Kelly).
Diantara ketiga komponen, otak
à volumenya konstan, yang bisa bergeser CSF +
darah.
Bila massa otak meningkat à mula-mula CSF dan darah keluar dari rongga
tengkorak.
Bila massa otak semakin meningkat à mekanisme kompensasi tidak efektif à TIK meningkat.
Peningkatan volume
intrakranial à peningkatan tekanan sampai dengan nilai
kritis tercapai. Setelah itu sedikit saja penambahan volume à meningkatkan tekanan.
Volume tambahan dalam rongga otak akan
dikompensasi dengan menggeser CSF ke kantung duralspinalis (70%) dan penurunan
vena serebralis (30%).
Pada obstruksi foramen magnum tidak ada peran
duralspinalis à sehingga mekanisme kompensasi menurun.
Compliance (ΔV/ ΔP) bersifat pressure dependent.
Metode pemantauan TIK:
Ada 3 kelompok metode pengukuran TIK:
- Epidural (EDP)
- Subdural
- Intraventrikuler.
- Pengukuran Epidural (EDP)
Penanaman sensor tekanan atau
penempatan transducer langsung di atas permukaan dura.
- Pemantauan tekanan subdural
Memasang stopcock yang diisi
saline pada rongga subdural melalui lubang pada kranium. Stopcock ini
dihubungkan dengan tranducer melalui pipa intravena berisis saline.
- pemantauan tekanan ventrikuler.
Penggunaan ventrikulostomi
untuk mengeluarkan cairan CSF untuk studi diagnostik merupakan prosedur
neurosurgical yang lama yang paling dapat dipercaya untuk mengukur TIK.
Kesuksesan dengan ventricular
catheter meningkat bila menggunakan CT Scan untuk mengetahui lokasi dan ukuran
dari ventricular.
Jika ventrikulus lateralis
menyempit dan tidak terlihat dengan CT Scan à teknik subdural lebih praktis.
Ventrikulus yang dipilih untuk
pemasangan kateterisasi pada sisi kontralateral hemisfer yang terlihat.
Kateterisasi ventrikulus memungkinkan
untuk
- Mengukur komplians serebralis.
- Laju produksi CSF dan tahanan aliran dengan cara menyuntikkan / menyedot sejumlah kecil cairan.
Aplikasi klinis pengukuran TIK:
TIK meningkat di atas normal
(15-20 mmHg) à berbahaya pada pasien dengan fraktur
basis cranii dan terjadi kebocoran CSF, TIK tidak berkorelasi dengan pengaruh
pengembangan suatu lesi.
Komplians tidak lagi valid karena sifat kotak
tertutup (tengkorak) sudah tidak ada.
TIK dipengaruhi oleh kejang.
Kejang à meningkatkan aliran darah otak,
metabolisme serebral dan tekanan vena à TIK meningkat.
Kaku deserebrasi dan
dekortikasi akan meningkatkan metabolisme otot, asidosis dan tekanan intratorak
dan intraabdominal à meningkatkan TIK.
Jadi pencegahan kejang dan pemberian pelumpuh otot
seperti pancuronium, penting untuk penatalaksanaan cedera kepala.
Perkembangan Anestesi
- Tumor
- Glioma : neoplasma intrakranial yang utama.
- Muncul dari jaringan neoruglial, bersifat invasif lokal.
- Ada beranekaragam derajat keganasan
- Astrocytoma à kurang bersifat ganas dan lambat berkembang tapi sering mengalami degenerasi kistik.
- Glioblastoma à paling ganas dan paling cepat tumbuh.
- Meningioma à tumor jinak tumbuh dari duramater tapi menekan otak.
- Terapi bertujuan menurunkan bipertensi intrakranial.
- Secara farmakologi jika kondisi pasien memburuk à dekompresi bedah + kraniotomi.
- Pasien wanita hamil dengan tumor dilakukan kraniotomi sebelum melahirkan.
- Hidrocephalus tekanan normal
- Hidrocephalus tekanan normal dicirikan dengan demensia, ataksia dan inkontinensia urine.
- CT Scan menunjukkan pembesaran ventrikulus lateralis tapi tanpa peningkatan TIK.
- Penelitian terhada aliran darah serebralis sebelum penempatan shunt menunjukkan tahanan aliran keluar dan keadaan aliran rendah pada semua pasien.
- Pseudotumor serebri
- Hipertensi intrakranial jinak atau pseudotumor serebri terjadi pada wanita gemuk berusia muda. Yang mencirikan gangguan endokrin tetapi tidak ada gangguan utama pada fungsi hipofise, adrenal, tiroid atau gonad. Kadar vasopresin CSF, suatu kasus trombosis vena serebralis dengan hemoglobinemia nocturnal (Marchifava – Michelli Syndrome) à gambaran klinis mirip hipertensi intrakranial jinak.
Penempatan pintas lumbar-peri toneal
à perbaikan klinis.
Penatalaksanaan Anestesi
- Eksisi tumor
Evaluasi pra-anestesi mencakup
tanda dan gejala peningkatan TIK :
-
sakit
kepala (sering paroksimal, sembuh dengan duduk dan memburuk dengan batuk)
-
muntah
(biasanya proyektil)
-
papil
edema
-
pandangan
kabur
-
pusing
Pemberian steroid (dexa 4 mg
4x sehari) selama 2-3 hari sebelum operasi sangat efektif untuk menurunkan
edema sekitar tumor dan menurunkan TIK.
Premedikasi tidak menggunakan
narkotik oleh karena menyebabkan depresi nafas.Diazepam 5 mg oral biasanya
memadai. Obat anti kejang + steroid suplemen diberikan pagi hari sebelum
operasi.
Induksi
halus sangat penting menggunakan tiopenthal.
-
Tiopenthal
3 – 5 mg / kgBB
-
Lidocain
1 mg / kg BB
-
Suksinilkolin
1 mg / kgBB
-
Semprotan
laringotrakeal 4 mL 4 % Lidocain sebelum ETT dipasang.
Jadi ketamin dan Enflurane à nyata meningkatkan produksi CSF dan peningkatan
TIK selama beberapa jam.
- Penempatan shunt.
Prosedur bypass biasanya dengan
cara menempatkan canul ke dalam ventrikulus lateralis dan melewatkan ke bawah
kulit dan menyisipkan ke dalam rongga peritoneal.
Kadang-kadang pintasan dibuat
dengan mengalirkan ke vena jugularis interna dan ke dalam atrium kanan atau
menghubungkan rongga sub arachnoid lumbaris ke rongga peritoneal.
gambarnya kok tidak muncul mas
BalasHapusTq atas infonya. sangat berguna. Gambar lom muncul, kali uploadnya kurang sempurna,
BalasHapus