Rabu, 31 Juli 2013

KELAINAN PEMBULU DARAH

KELAINAN PEMBULUH DARAH

1.      Pendahuluan
Pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Ada tiga jenis pembuluh darah, yaitu arteri yang berfungsi membawa darah dari jantung, kapiler yang berfungsi sebagai tempat pertukaran sebenarnya air dan bahan kimia antara darah dan jaringan dan vena, yang membawa darah dari kapiler kembali ke jantung.Pembuluh darah terdiri atas arteri dan vena. Arteri berhubungan langsung dengan vena pada bagian kapiler dan venula yang dihubungkan oleh bagian endotheliumnya.
Arteri dan vena terletak bersebelahan. Dinding arteri lebih tebal dari pada dinding vena. Dinding arteri dan vena mempunyai tiga lapisan yaitu lapisan bagian dalam yang terdiri dari endothelium, lapisan tengah yang terdiri atas otot polos dengan serat elastis dan lapisan paling luar yang terdiri atas jaringan ikat ditambah dengan serat elastis. Cabang terkecil dari arteri dan vena disebut kapiler. Pembuluh kapiler memiliki diameter yang sangat kecil dan hanya memiliki satu lapisan tunggal endothelium dan sebuah membran basal. Perbedaan struktur masing-masing pembuluh darah berhubungan dengan perbedaan fungsional masing-masing pembuluh darah tersebut.

A.    Pembuluh Darah Arteri
Pembuluh darah Arteri adalah Pembuluh darah yang berasal dari bilik jantung yang berdinding tebal dan kaku. Pembuluh arteri yang datang dari bilik sebelah kiri dinamakan  Aorta yang tugasnya mengangkut oksigen untuk disebar ke seluruh tubuh.  Pembuluh arteri yang asalnya dari bilik kanan disebut sebagai pembuluh pulmonalis yang betugas membawa darah yang terkontaminasi karbon dioksida dari setiap bagian tubuh menuju ke paru-paru.
1.      Tempat mengalir darah yang dipompa dari bilik
2.      Merupakan pembuluh yang liat dan elastis
3.      Tekanan pembuluh lebih kuat dari pada pembuluh balik
4.      Memiliki sebuah katup (valvula semilunaris) yang berada tepat di luar jantung
5.      Terdiri atas :
a.      Aorta yaitu pembuluh dari bilik kiri menuju ke seluruh tubuh
b.      Arteriol yaitu percabangan arteri
c.       Kapiler :
v  Diameter lebih kecil dibandingkan arteri dan vena
v  Dindingnya terdiri atas sebuah lapisan tunggal endothelium dan sebuah   membran  basal.
6.      Dindingnya terdiri atas 3 lapis yaitu :
v  Lapisan bagian dalam yang terdiri atas Endothelium
v  Lapisan tengah terdiri atas otot polos dengan Serat elastic
v  Lapisan terluar yang terdiri atas jaringan ikat Serat elastic

B.     Pembuluh Balik (Vena)
Pembuluh darah Vena  adalah pembuluh darah yang datang menuju serambi  jantung yang bersifat tipis dan elastis. Pembuluh darah Vena cava ini merupakan  vena utama dalam tubuh yang membawa darah yang banyak mengandung karbondioksida dari kepala dan anggota tubuh bawah ke serambi kanan.
1.      Terletak di dekat permukaan kulit sehingga mudah di kenali
2.      Dinding pembuluh lebih tipis dan tidak elastis.
3.      Tekanan pembuluh lebih lemah di bandingkan pembuluh nadi
4.      Terdapat katup yang berbentuk seperti bulan sabit (valvula semi lunaris) dan menjaga agar darah tak berbalik arah.
5.      Terdiri dari :
v  Vena cava superior yang bertugas membawa darah dari bagian atas tubuh menuju
serambi kanan jantung.
v  Vena cava inferior yang bertugas membawa darah dari bagian bawah tubuh ke
serambi kanan jantung.
v  Vena cava pulmonalis yang bertugas membawa darah dari paru-paru ke serambi kiri jantung.

2.      Kelainan Pada Pembuluh Darah
1.      Hemangioma
Hemangioma adalah suatu kelainan pembuluh darah bawaan yang tidak ikut aktif dalam peredaran darah umum. Hemangioma bukanlah tumor neoplastik sekalipun mempunyai kecenderungan untuk membesar. Ia merupakan “mesodermal excess” dari jaringan “vaso formative”. Hemangioma ini merupakan tumor darah yang jinak, yang berada di area pembuluh darah yang banyak, sehingga terjadi pembekuan darah di Vena. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak.

a.      Patofisiologi
Hemangioma merupakan sisa-sisa jaringan “vaso formative”dari jaringan mesidermal dan mempunyai kemampuan untuk berkembang. Macam-macam Hemangioma dibedakan menjadi :
1.      Hemangioma kapiler dikenal sebagai :
Ø  Salmon patch
Ø  Port wine stain
Ø  Spider angioma
Ø  Strawberry mark
Tanda-tanda Hemangioma kapiler, berupa bercak merah tidak menonjol dari permukaan kulit. “Salmon patch” berwarna lebih muda sedang “Port wine stain” lebih gelap kebiru-biruan, kadang-kadang membentuk benjolan di atas permukaan kulit.
2.      Hemangioma kavernosum.
Tampak sebagai suatu benjolan, kemerahan, terasa hangat dan “compressible” (tumor mengecil bila ditekan dan bila dilepas dalam beberapa waktu membesar kembali). 
3.      Hemangioma campuran (kapiler dan kavernosum). 
Diantara jenis Hemangioma kavernosum dan campuran ada yang disertai fistula arterio-venous (bawaan).

b.      Gejala klinis Tergantung macamnya :
v  Hemangioma kapiler, “Port wine stain” tidak ada benjolan kulit.
v  “Strawberry mark”, menonjol seperti buah murbai.
v   Hemangioma kavernosum, teraba hangat dan “compressible”.

c.       Pemeriksaan dan diagnosis
v  Mudah nampak secara klinis, sebagai tumor yang menonjol atau tidak menonjol dengan warna kemerah-merahan.
v  Tumor bersifat “compressible”.
d.      Komplikasi
v  Perdarahan.
v  Pada tempat tertentu, dapat mengganggu fungsi, seperti : ambliopia, sesak nafas, gangguan kencing.
v  Trombositopenia, D.I.C.
Hemangioma ini sudah ada sejak lahir atau timbul sementara sesudah lahir. Kemudian membesar dengan cepat sampai umur 6-9 bulan. Selama 1 tahun berikutnya ia tumbuh pelan sampai maksimum besarnya pada lebih kurang umur 1 tahun. Kemudian mulai terjadi involusi spontan. Perjalanan involusi ini berjalan bertahun-tahun, sampai umur 7 tahun. 

2.      Penyakit  Buerger  Desiese
Penyakit Buerger merupakan suatu peradangan pada pembuluh darah arteri dan vena serta saraf pada tungkai yang menyebabkan gangguan aliran darah. Jika tidak diobati dapat menyebabkan gangren pada daerah yang dipengaruhinya. Penyakit Buerger dikenal juga sebagai tromboangitis obliteran.

a.       Sign & Symptom :
Penyebab penyakit ini belum diketahui secara jelas. Penyakit ini sering diderita pria dewasa muda hingga usia pertengahan (20-40 tahun) terutama perokok berat. Penyakit ini jarang ditemukan pada bukan perokok, oleh sebab itu merokok merupakan suatu faktor penyebab timbulnya penyakit ini. Kira-kira 40% penderita memiliki riwayat peradangan pembuluh vena (flebitis) yang berperan penting dalam perkembangan penyakit Buerger. Penyakit ini terutama terjadi pada tungkai, tetapi dapat terjadi pada lengan. Gejala awal berupa menurunnya aliran darah (iskemia pada arteri) serta peradangan pembuluh darah superfisial (di bawah permukaan kulit). Gejala utama adalah rasa sakit pada daerah yang dipengaruhinya. Timbulnya penyakit ini secara perlahan-lahan dan pertamakali timbul pada tungkai dan lengan. Peradangan terjadi pada arteri dan vena berukuran sedang dan kecil di permukaan tubuh. Pada kasus yang lebih lanjut, pembuluh darah pada bagian lain tubuh dapat juga dipengaruhi. Terjadi penurunan aliran darah secara progresif pada daerah yang dipengaruhi. Denyut nadi pada tungkai sangat lemah atau tidak teraba. Aliran darah yang sangat berkurang dapat menyebabkan gangren yaitu matinya jaringan tubuh akibat aliran darah yang sangat terbatas. Penderita mengeluh rasa dingin pada ujung-ujung lengan yang mirip dengan gejala penyakit Raynaud. Pada keadaan ini, warna kulit lengan berubah warna menjadi putih, biru dan merah jika terpapar dengan udara dingin.
b.      Diagnose :
Diagnosis dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis. Penderita sering mengeluh mati rasa, rasa gatal atau rasa panas pada daerah yang dipengaruhi sebelum peradangan pada pembuluh darah jelas terlihat.


c.       Treatment :
Tidak ada pengobatan atau pembedahan yang efektif untuk kelainan ini. Penderita harus berhenti merokok untuk mengurangi gejala-gejala yang dikeluhkan. Obat-obat vasodilator yang melebarkan diameter pembuluh darah dapat diberikan pada penderita, tetapi tidak efektif. Hindarilah daerah tubuh yang terkena terhadap paparan panas dan dingin. Hindarilah daerah yang dipengaruhi penyakit ini terhadap trauma dan jika terjadi infeksi harus segera diobati.
d.      Prevention :
Merokok merupakan satu-satunya penyebab yang diketahui dan harus dihindari.

3.      V a r i s e s
Varises adalah vena normal yang mengalami dilatasi akibat pengaruh peningkatanan tekanan vena yang merupakan suatu manifestasi yang dari sindrom insufiensi vena dimana pada sindrom ini aliran darah dalam vena mengalami arah aliran retrograde atau aliran balik menuju tungkai yang kemudian mengalami kongesti.
a.      Pathofisiologi
Adanya tekanan tinggi dalam pembuluh darah vena . dan mengalami dilatasi yang kemudian terus membesar sampai katup vena satu sama lain tidak dapat saling bertemu. Kegagalan pada satu katup vena akan memicu terjadinya kegagalan pada katup-katup lainnya. Peningkatan tekanan yang berlebihan di dalam sistem vena superfisial akan menyebabkan terjadinya dilatasi vena yang bersifat local sehingga, fungsi vena untuk mengalirkan darah ke atas dan ke vena profunda akan mengalami gangguan.
Berkurangnya elastisitas dinding pembuluh vena yang menyebabkan pembuluh vena melemah dan tak sanggup mengalirkan darah ke jantung sebagaimana mestinya. Aliran darah dari kaki ke jantung sangat melawan gravitasi bumi, karena itu pembuluh darah harus kuat, begitu juga dengan dinamisasi otot disekitarnya.
Rusaknya katup pembuluh vena, padahal katup atau klep ini bertugas menahan darah yang mengalir ke jantung agar tidak keluar kembali. Katup yang rusak membuat darah berkumpul di dalam dan menyebabkan gumpalan yang mengganggu aliran darah.
Pemicu varises antara lain  :  Faktor keturunan,  Kehamilan,  Kurang gerak, Merokok, Terlalu banyak berdiri, Menderita kolesterol tinggi dan kencing manis, Memakai sepatu hak terlalu tinggi.

b.      Gejala klinis
1.      Terlihat tonjolan otot pada kaki
2.      Kaki terasa berat
3.      Terasa Nyeri, gatal, rasa terbakar
4.      Keram pada malam hari,
5.      Perubahan kulit dan kesemutan

c.       Penatalaksanaan
Varises tahap akut akan memperlihatkan pembuluh darah yang sangat menonjol. Bila suntik tidak membuahkan hasil, maka harus dilakukan pembedahan guna memotong pembuluh vena yang rusak sehingga aliran darah kembali normal.

4.      Vaskulitis (Radang  Pembuluh Darah)

Vaskulitis adalah peradangan pada pembuluh darah.Vaskulitis bukan suatu penyakit, tetapi lebih merupakan proses penyakit yang terjadi pada sejumlah penyakit jaringan ikat autoimun, seperti artritis rematoid dan lupus eritematosus sistemik.Vaskulitis juga bisa terjadi tanpa melibatkan jaringan ikat.

a.      Penyebab
Tidak diketahui apa yang dapat memicu vaskulitis, tetapi diduga melibatkan virus hepatitis. Agaknya peradangan terjadi ketika sistem kekebalan salah mengenali pembuluh darah atau bagian dari pembuluh darah sebagai benda asing dan menyerangnya. Sel-sel dari sistem kekebalan, yang menyebabkan peradangan, mengelilingi dan menyusup ke dalam pembuluh darah yang terkena, merusaknya dan mungkin juga merusak jaringan yang diperdarahi oleh pembuluh yang terkena. Pembuluh darah mengalami kebocoran atau tersumbat, yang selanjutnya akan mengganggu pengaliran darah ke saraf, organ-organ dan bagian tubuh lainnya. Daerah tersebut akan kehilangan darahnya (daerah iskemik) dan mengalami kerusakan menetap.
b.      Gejala
Gejala-gejalanya bisa merupakan akibat dari kerusakan langsung pada pembuluh darah atau kerusakan jaringan yang mengalami gangguan aliran darah. Pembuluh darah manapun bisa terkena. Vaskulitis bisa terbatas pada vena-vena, arteri besar, arteri kecil atau kapiler; atau bisa terbatas pada pembuluh di suatu bagian dari tubuh, misalnya kepala, tungkai atau ginjal.

c.       Penyakit-penyakit yang ditandai dengan vaskulitis :
Ø  Sindroma Henoch-Sch?nlein (Purpura Henoch-Sch?nlein) : peradangan pada vena vena kecil, menyebabkan jerawat/bisul keras berwarna keunguan di kulit.
Ø  Eritema Nodosum : peradangan pembuluh darah pada lapisan dalam kulit, menyebabkan benjolan dalam yang lunak dan merah di tungkai dan lengan.
Ø  Poliarteritis Nodosa : peradangan arteri-arteri berukuran sedang, menyebabkan gangguan pengaliran darah di sepanjang pembuluh dan menuju jaringan di sekitarnya.
Ø  Arteritis Temporal (Giant Cell Arteritis, Arteritis Sel Raksasa) : peradangan arteri-arteri di otak dan kepala, kadang-kadang menyebabkan sakit kepala dan kebutaan.
Ø  Arteritis Takayasu : peradangan arteri-arteri besar, seperti aorta dan percabangannya, menyebabkan penyumbatan dan denyut nadi yang tak teraba.

5.      Tomboflebitis
Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin selama kehamilan dan persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).
a.       Klasifikasi
Tomboflebitis dibagi menjadi 2, yaitu :

1.      Pelvio tamboflebitis
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling sering terkena ialah vena overika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta terletak di bagian atas uterus; proses biasanya unilateral. Perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra, mengalami inflamasi dan akan menyebabkan perisalpingo-ooforitis dan peridiapendisitis. Perluasan infeksi dari vena uterna ialah ke vena iliaka komunis. Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum.
2.      Tomboflebitis femoralis
Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena vemarolis, vena poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum.

b.      Etiologi
v  Perluasan infeksi endometrium
v  Mempunyai varises pada vena
v  Obesitas
v  Pernah mengalami tramboflebitis
v  Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi litotomi untuk waktu yang lama
v  Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga.
(Adele Pillitteri, 2007).

c.       Tanda dan Gejala
1.      Pelvio Tromboflebitis
v  Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul pada hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
v  Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut :
a.       Mengigil berulang kali, menggigil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
b.      Suhu badan naik turun secara tajam (36 oC menjadi 40 oC) yang diikuti penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis)
c.       Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan
d.      Cenderung terbentuk pus, yang menjalar kemana-mana, terutama ke paru-paru
e.       Abses pada pelvis
f.       Gambaran darah
v  Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia)
v  Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
g.      Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena adalah vena ovarika; yang sulit dicapai pada pemeriksaan dalam.
2.      Tromboflebitis femoralis
v  Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
v  Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
a.       Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki lainnya.
b.      Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas
c.       Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
d.      Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.
e.       Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian melus dari bawah ke atas.
f.       Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan meregangkan tendo akhiles (tanda homan positif).

d.      Penatalaksanaan
1.      Pelvio Tromboflebitis
v  Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan teknik aseptik yang baik
v  Anjurkan penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah terjadinya emboli pulmonum.



2.      Tromboflebitis Femoralis
v  Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah.
v  Pastikan klien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada betis.
v  Sediakan stocking pendukung kepada klien pasca patrum yang memiliki varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
v  Instruksikan kepada klien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
v  Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
v  Berikan alat pemanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki klien sehingga aliran darah tidak terhambat.
v  Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan ukuran.
v  Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
v  Jelaskan kepada klien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan trombofrebitis yang tepat telah dilakukan.
v  Beritahu klien bahwa perlu dilakukan rujukan untuk menentukan diagnosis pasti dan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

6.      Aneurisma
Aneurisma adalah suatu keadaan dimana ada daerah yang lemah dan menonjol pada pembuluh darah. Penonjolan ini hanya terjadi di bagian dalam dinding pembuluh darah atau bisa juga membuat pembuluh darah itu menjadi setipis balon. Inilah keadaan yang membahayakan, karena sewaktu-waktu aneurisma ini dapat pecah.
Aneurisma dapat terjadi di pembuluh darah manapun di seluruh tubuh. termasuk di pembuluh darah otak. Aneurisma di otak dapat bertambah besar, dan dapat menekan daerah otak sekitarnya, menimbulkan gangguan yang nyata, seperti sakit kepala, mual-muntah, nyeri atau kaku pada leher, pandangan kabur, atau sensitif terhadap cahaya. Tapi sering yang tidak bergejala apapun, terutama pada Aneurisma yang kecil. Aneurisma ini jarang ditemukan dibawah usia 20 tahun, biasanya sering terjadi pada usia yang lebih tua. Beberapa faktor risiko yang dapat mempermudah seseorang untuk mengalami Aneurisma, yaitu tekanan darah tinggi, luka trauma pada kepala, merokok, pengguna alkohol, riwayat keluarga yang mempunyai Aneurisma dan kelainan bawaan lainnya seperti ginjal Polikistik.
Aneurisma ini sendiri tergantung pada tekanan dan keadaan dinding pembuluh yang mengalami proses repair. Awalnya ia berasal dari luka pada jejas parenkim yang akan digantikan dengan fibrosis saat akan disembuhkan. Jejas parenkim ini selalu menyebabkan proliferasi parenkim yang diikuti dengan proliferasi jaringan ikat sehingga pada jejas pembuluh darah, setiap jaringan otot akan diganti jaringan ikat.
Ada beberapa bentuk lain aneurisma : (Pisiform dan sapurus?.
Pathophysiology of heart disease, bentuk ini terbagi menjadi 2 : True aneurysm dan Pseudoaneurysm. Yang true, dibagi jadi fusiform dan saccular. Fusiform paling umum ditemukan. Cirinya berupa dilatasi simetris pada seluruh segmen aorta, sedangkan yang saccular hanya sebagian. Pseudoaneurisma terbentuknya pecahan dari dinding pembuluh akibat bocornya darah pada dinding pembuluh. Pecahan ini mengandung tunika adventitia atau thrombus perivaskular. Untuk yang satu ini, penyebabnya bisa karena infeksi atau trauma oleh karena pungsi pembuluh darah, atau kateterisasi.
Pada buku yang sama, pathophysiology of heart disease mengatakan bahwa aorta abdominalis menjadi tempat pembentukan aneurisma, diikuti dengan arteri thorakalis, dan arteri perifer dan cerebri. Pada aneurisma di ascending aorta thorakalis (ascending thoracic aortic aneurysm) terjadi nekrosis kistik medial karena proses degenerasi dan fragmentasi dari serat elastin disertai akumulasi material kolagen dan mucoid pada tunika media sebagai akibat penuaan disertai hipertensi maupun sindrom-sindrom herediter (Marfan syndrome dan Ehlers-Danlos Syndrome). Lain halnya dengan descending thoracic aorta dan abdominal aorta, atherosclerosis dan faktor resikonyalah yang menyebabkan aneurisma.
Beberapa faktor risiko yang dapat mempermudah seseorang untuk mengalami Aneurisma, yaitu tekanan darah tinggi, luka trauma pada kepala, merokok, pengguna alkohol, riwayat keluarga yang mempunyai Aneurisma dan kelainan bawaan lainnya seperti ginjal Polikistik.
Faktor Penyebabnya masih tidak diketahui pasti. Kelihatannya, Aneurisma terjadi karena tidak adanya lapisan otot pada pembuluh darah tersebut. Sehingga seiring dengan waktu, dimana pembuluh darah sering mengalami kontraksi (mengecil) dan dilatasi (melebar) akan membuatnya menjadi tipis dan teregang. Ini yang lama kelamaan akan membentuk Aneurisma.
Bahaya dari Aneurisma yang terbentuk, dapat menyebabkan terjadinya stroke atau kematian, karena pecahnya Aneurisma tersebut. Aneurisma dapat diobati dengan melakukan operasi. Tapi biasanya operasi baru dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan berulang dari pecahnya Aneurisma tersebut. Karena banyak orang yang tidak menyadari akan adanya Aneurisma pada dirinya, sampai Aneurisma itu pecah dan mengakibatkan stroke atau kematian. Infeksi akibat Salmonella, stafilokokus, streptococcus, TB, sifilis, dan jamur juga menjadi penyebabnya.
Pencegahan pada aneurisma dilakukan dengan menghindari aktivitas yang meningkatkan tekanan darah seperti emosi (marah), tidak mengedan saat BAB, dan lakukan olahraga yang ringan saja. Jangan juga makan yang keras-keras.
Cara  untuk mendeteksi Aneurisma yaitu dengan melakukan pemeriksaan sinar X (ronsen), Ekokardiografi, CT (computed tomography) Scan dan MRI (magnetic resonance imaging).

7.      Penyakit Raynaud
Penyakit Raynaud dan Fenomena Raynaud adalah suatu keadaan dimana arteri-arteri kecil (arteriola), biasanya di jari tangan dan jari kaki, mengalami kejang, menyebabkan kulit menjadi pucat atau timbul bercak berwarna merah sampai biru. Istilah penyakit Raynaud digunakan jika tidak ditemukan penyebab yang pasti dan istilah fenomena Raynaud digunakan jika penyebabnya diketahui. Kadang pada mulanya penyebabnya tidak dapat didiagnosis, tetapi kemudian diketahui setalah sekitar 2 tahun. Sekitar 60-90% penyakit Raynaud terjadi pada wanita muda.

a.       Penyebab
Kemungkinan yang menjadi penyebabnya adalah:
v  Skleroderma
v  Artritis rematoid
v  Aterosklerosis
v  Kelainan saraf
v  Berkurangnya aktivitas tiroid
v  Cedera
v  Reaksi terhadap obat tertentu (misalnya ergot, metisergid).
Beberapa penderita juga memiliki sakit kepala migren, angina varian dan tekanan darah tinggi dalam paru-parunya (hipertensi pulmoner).  Adanya hubungan dengan penyakit-penyakti tersebut memberi kesan bahwa penyebab kejangnya arteri kemungkinan adalah hal yang sama yang menyebabkan terjadinya penyakit tersebut.  Apapun yang merangsang sistem saraf simpatis (misalnya emosi atau cuaca dingin), bisa menyebabkan kejang arteri.

b.      Gejalah
Kejang pada arteri kecil di jari tangan dan jari kaki terjadi dengan cepat dan paling sering dipicu oleh dingin. Hal ini bisa berlangsung selama beberapa menit atau beberapa jam.
Jari tangan dan jari kaki menjadi putih, biasanya berbintik-bintik.  Hanya satu jari tangan atau jari kaki, atau bagian dari satu atau beberapa jari tangan/kaki terlihat berubah menjadi bercak putih dan merah.  Pada akhir serangan, daerah yang terkena tampak berwarna lebih pink dari biasanya atau kebiruan.  Jari tangan dan jari kaki bisa mengalami mati rasa, kesemutan, rasa tertusuk jarum atau rasa terbakar.Menghangatkan tangan atau kaki akan mengembalikan warna dan sensasi yang normal. Tetapi pada fenomena Raynaud yang berlangsung lama (terutama jika disertai dengan skleroderma), perubahan kulit jari tangan/kaki bersifat menetap; kulit tampak licin, mengkilat dan kencang. Di ujung jari tangan/kaki bisa timbul luka terbuka yang terasa nyeri.

c.       Diagnosa
Untuk membedakan antara penyumbatan dan kejang arteri, dilakukan pemeriksaan laboratorium sebelum dan setelah penderita terpapar oleh dingin.

d.      Pengobatan

Penderita dapat mengendalikan penyakit Raynaud yang ringan dengan melindungi tubuh, lengan dan tungkainya terhadap dingin dan dengan meminum obat tidur yang ringan.
Penderita harus berhenti merokok karena nikotin menyebabkan pengkerutan pembuluh darah. Untuk beberapa penderita, teknik relaksasi (misalnya biofeedback), bisa mengurangi kejang.Penyakit Raynaud biasanya diobati dengan prazosin atau nifedipine.
Bisa juga diberikan phenoxybenzamine, metildopa atau pentoxifylline. Jika terjadi cacat dan tidak dapat diatasi dengan pengobatan lainnya, dilakukan pemotongan saraf simpatis untuk mengurangi gejala, tetapi berkurangnya gejala hanya berlangsung selama 1-2 tahun.
Pembedahan ini (simpatektomi), biasanya lebih efektif dilakukan pada penderita penyakit Raynaud., bukan pada fenomena Raynaud. Fenomena Raynaud diobati dengan mengobati penyakit penyebabnya.Bisa diberikan phenoxybenzamine.Obat-obat yang menyebabkan pengkerutan pembuluh darah (misalnya beta blocker, clonidine dan preparat ergot) bisa memperburuk fenomena Raynaud.