Jumat, 20 Juli 2012

ATEROSKLEROSIS


1.     ATEROSKLEROSIS
A.    Pengertian
Aterosklerosis (Atherosclerosis) merupakan istilah umum untuk beberapa penyakit, dimana dinding arteri menjadi lebih tebal dan kurang lentur. Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, organ vital lainnya dan lengan serta tungkai. Jika terjadi di dalam arteri yang menuju ke otak (arteri karotid), maka bisa terjadi stroke. Adapun jika terjadi di dalam arteri yang menuju ke jantung (arteri koroner), bisa terjadi serangan jantung.
Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan-bahan lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam arteri.
Setiap daerah penebalan (yang disebut plak aterosklerotik atau ateroma) yang terisi dengan bahan lembut seperti keju, mengandung sejumlah bahan lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat. Ateroma bisa tersebar di dalam arteri sedang dan arteri besar, tetapi biasanya mereka terbentuk di daerah percabangan, mungkin karena turbulensi di daerah ini menyebabkan cedera pada dinding arteri, sehingga disini lebih mudah terbentuk ateroma.
Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan kalsium, sehingga menjadi rapuh dan bisa pecah.Darah bisa masuk ke dalam ateroma yang pecah, sehingga ateroma menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri.
Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu pembentukan bekuan darah (trombus). Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan akan terlepas dan mengalir bersama aliran darah dan menyebabkan sumbatan di tempat lain (emboli).
B.     Etiologi
Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari aliaran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan lemak. Pada saatnya monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam ateri. Unsur lemak yang berperan disini adalah LDL (low density lipoprotein), LDL sering di sebut kolestrol jahat, tinggi LDL akan berpotensi menumpuk disepanjang dinding nadi korener. Arteri yang terkena arterosklerosis akan kehilanagan kelenturannya dan karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan kalsium, sehingga bisa rapuh dan pecah.
Darah bisa masuk ke dalam ateroma yang pecah, sehingga ateroma menjadi lebih besar dan mempersempit arteri. Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu terjadinya pembekuan darah ( thrombus ). Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan akan terlepas dan mengalir bersama aliran darah dan menyebabkan sumbatan di daerah lain ( emboli ). Akibat dari penyempitan arteri jantung kesulitan memompa darah dan timbul rasa nyeri di dada, suka pusing-pusing dan berlanjut ke gejala serangan jantung mendadak. Bila penyumbatan terjadi di otak maka yang di derita stroke dan bisa juga menyebabkan kelumpuhan. Laju peningkatan ukuran dan jumlah ateroma di pengaruhi berbagai factor.
Faktor genetik penting dan aterosklerosis serta komplikasinya cenderung terjadi dalam keluaraga. Seseorang penderita penyakit keturunan homosistimuria memiliki ateroma yang meluas, terutama pada usia muda. Penyakit ini mengenai banyak arteri tetapi tidak selalu mengenai arteri koroner (arteri menuju ke jantung). Sebaliknya, pada penyakit keturunan hiperkolesterolemia familial, kadar kolestrol yang sangat tinggi menyebabkan terbentuknya ateroma yang lebih banyak di dalam arteri koroner dibandingkan arteri lainnya. Pada penderita hipertensi umumnya akan menderita aterosklerosis lebih awal dan lebih berat dan beratnya penyakit berhubungan dengan tekanan darah, walaupun batas normal. Aterosklerosis tidak terlihat pada arteri pulmonalis (biasanya bertekanan rendah) jika tekanannya meningkat secara abnormal, keadaan ini disebut hipertensi pulmonal.

C.    Proses Terjadinya Aterosklerosis
Proses aterosklerosis diawali pada masa kanak-kanak dan manifes secara klinis pada usia menengah dan lanjut. Proses ini terutama mengenai arteri-arteri berukuran sedang. Dalam fase pertumbuhannya, lesi-lesi aterosklerosis dibagi menjadi :

1.       Fatty streak
Lesi ini mulai tumbuh pada masa kanak-kanak, makroskopik berbentuk bercak berwarna kekuningan, yang terdiri dari sel-sel yang disebut foam cells. Sel-sel ini ialah sel-sel otot polos dan makrofag yang mengandung lipid, terutama dalam bentuk ester cholesterol.
2.      Fibrous plaque
Lesi ini berwarna keputihan dan sudah menonjol ke dalam lumen arteri. Fibrous plaque berisi sejumlah besar sel-sel otot polos dan makrofag yang berisi cholesterol dan ester cholesterol, di samping jaringan kolagen dan jaringan fibrotik, proteoglikan, dan timbunan lipid dalam sel-sel jaringan ikat. Fibrous plaque biasanya mempunyai fibrous cap yang terdiri dari otot-otot polos dan sel-sel kotagen. Di bagian bawah fibrous plaque terdapat daerah nekrosis dengan debris dan timbunan ester cholesterol.
3.      Complicated lesion
Lesi ini merupakan bentuk lanjut dari ateroma, yang disertai kalsifikasi, nekrosis, trombosis, dan ulserasi. Dengan membesarnya ateroma, dinding arteri menjadi lemah, sehingga menyebabkan okiusi arteri.
Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, berpindah dari aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan-bahan lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam arteri. Setiap daerah penebalan (yang disebut plak aterosklerotik atau ateroma) yang terisi dengan bahan lembut seperti keju, mengandung sejumlah bahan lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat. Ateroma bisa tersebar di dalam arteri sedang dan arteri besar, tetapi biasanya mereka terbentuk di daerah percabangan, mungkin karena turbulensi di daerah ini menyebabkan cedera pada dinding arteri, sehingga disini lebih mudah terbentuk ateroma.
Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan kalsium, sehingga menjadi rapuh dan bisa pecah. Darah bisa masuk ke dalam ateroma yang pecah, sehingga ateroma menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri.
Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu pembentukan bekuan darah (trombus). Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan akan terlepas dan mengalir bersama aliran darah dan menyebabkan sumbatan di tempat lain (emboli).
Riwayat alamiah ateroklerosis dapat dimulai sejak masa kanak-kanak dengan terbentuknya garis lemak (fatty streaks), lalu plak fibrosa, dan menyusul klasifikasi. Kekakuan pembuluh darah ini pada gilirannya dapat menyebabkan gangguan lanjut sesuai organ yang diserangnya.

D.    Faktor Resiko dan Penyebab Aterosklerosis
Berbagai factor resiko terjadinya aterosklerosis, dan secara umum dapat dikelompokan menjadi 2 kelompok besar, yakni yang dapat di ubah dan yang tidak dapat di ubah.

Ø  Usia yang semakin tua
Semakin tua seseorang pengaturan metabolisme zat kapur (kalsium) terganggu, sehingga banyak zat kapur yang beredar bersama darah. Banyaknya kalsium dalam darah (hypercalcidemia) menyebabkan darah menjadi lebih padat, sehingga tekanan darah menjadi meningkat.

Endapan kalsium di dinding pembuluh darah (arteriosclerosis) menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah menjadi terganggu. Hal ini dapat memacu peningkatan tekanan darah. Bertambahnya usia juga menyebabkan elastisitas arteri berkurang. Arteri tidak dapat lentur dan cenderung kaku, sehingga volume darah yang mengalir sedikit dan kurang lancar.
Agar kebutuhan darah di jaringan tercukupi, maka jantung harus memompa darah lebih kuat lagi. Keadaan ini diperburuk lagi dengan adanya arteriosclerosis, tekanan darah menjadi semakin meningkat.
Oleh karena pembuluh darah yang bermasalah pada orang tua adalah arteri, maka hanya tekanan sistole yang meningkat tinggi. Tekanan sistole dan tekanan diastole pada orang tua memiliki perbedaan yang besar.
Ø  Jenis Kelamin
Penyakit aterosklerotik secara umum sedikit terjadi pada perempuan, namun perbedaan tersebut menjadi sedikit menonjol pada faktor akhir terutama masa menopause. Hal ini dimungkinkan karena faktor esterogen bersifat sebagai pelindung. Terdapat beberapa teori yang menerangkan perbedaan metabolisme, selain itu karena pola hidup perempuan dan laki-laki berbeda.

Ø  Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko yang kuat untuk terjadinya penyakit aterosklerosis. Alasan utama bahwa aterosklerosis merupakan penyakit komplek dengan faktor genetik dan lingkungan terlibat sebagai etiologi.
Ø  Peningkatan Lipid (Kolesterol)

Peningkatan kadar kolesterol jahat dalam darah dapat meningkatkan resiko berbagai penyakit. Kolesterol yang tinggi akan berakumulasi di dinding arteri sehingga membentuk semacam plak yang menyebabkan dinding arteri menjadi kaku dan rongga pembuluh darah menyempit serta pengerasan pembuluh darah. Proses ini dikenal dengan nama atherosklerosis. Atherosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak,jantung,ginjal,organ vital lainnya .serta lengan dan tungkai. Jika arterosklerosis terjadi di dalam arteri yang menuju ke otak (arterikarotid) maka bisa terjadi stroke. Jika terjadi di dalam arteri yang menuju ke jantung (arteri korener), bisa terjadi serangan jantung.
Pola makan yang tidak seimbang salah satu penyebabnya. Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh dan kolesterol dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol didalam darah selain pola makan yang tidak seimbang. Faktor keturunan kelebihan berat badan, kurangnya aktivitas fisik dan olahraga, konsumsi alcohol, serta merokok merupakan penyebab umum kolesterol tingginya kolesterol darah adalah penyakit diabetes, penyakit ginjal dan penyakit lever.
Trigliserida merupakan salah satu kolesterol jahat dalam tubuh yang bila mengalami peningkatan melebihi kadar normal tubuh dapat menyebabkan peningkatan resiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah jantung dan otak. Hal ini terjadi bila bersamaan dengan tinggi nya kadar LDL dan rendahnya kadar HDL.
Jika penyempitan dan pengerasan ini cukup berat, sehingga menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak memadai, maka timbul sakit atau nyeri dada yang disebut sebagai angina. Dan bila berlanjut akan menyebabkan matinya jaringan otot jantung yang disebut infark miokard. Jika infark miokard meluas, maka akan timbullah gagal jantung.
Selain kolesterol LDL, faktor risiko lain yang memperbesar terjadinya penyakit jantung adalah kebiasaan merokok, nilai HDL rendah (< 40 mg/dl), memiliki penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi (140/90 atau sedang dalam pengobatan). Selain itu penyakit jantung berisiko lebih tinggi pada usia ³ 45 tahun (pria) dan ³ 65 tahun (wanita), yang diketahui memiliki riwayat keluarga yang menderita penyakit jantung.
Adapun gejala penyakit jantung adalah:
·         Rasa tertekan (ditimpa beban, sakit, terjepit, diperas, terbakar ) di dada yang dapat menjalar ke lengan kiri, leher, dan punggung
·         Tercekik atau sesak
·         Berlangsung lebih dari 20 menit.
·         Keringat dingin, lemah, berdebar dan bisa sampai pingsan
·         Gejala akan berkurang dengan istirahat dan bertambah berat dengan aktivitas
Ø  Hipertensi
Tekanan tinggi didalam arteri merusak lapisan (lining) dan mempercepat pengembangan dari atheroma. Jantung juga harus bekerja lebih berat untuk memompa darah dibawah tekanan tinggi, tapi ia harus lakukan ini tanpa suplai oksigen yang memadai. Ini akan meningkatkan kemungkinan seseorang untuk mendapat angina atau serangan jantung. Tekanan tinggi juga bisa meningkatkan risiko mendapat stroke karena kerusakan yang ditimbulkan di pembuluh


darah otak. 
Risiko terjadinya penyakit jantung koroner dua kali lipat pada pasien hipertensi. Hipertensi kurang menunjukkan risiko penyakit jantung iskemik pada populasi risiko rendah seperti pada faktor berkembang, dimana hipertensi berhubungan dengan stroke hemoragik dan gagal ginjal. Hipertensi mempercepat terjadinya aterosklerosis, yaitu dengan cara menyebabkan perlukaan secara mekanis pada sel endotel di tempat yang mengalami tekanan
tinggi dan memungkinkan kolesterol LDL (low density lipoprotein) yaitu jenis kolesterol yang jahat memasuki saluran arteri dan meningkatkan penimbunan plak. Hipertensi diperkirakan merupakan penyebab 33% dari semua insiden penyakit jantung

Ø  Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (Kencing Manis)
Saat ini DM dianggap sebagai risiko yang ekuivalen dengan PJK. Mereka yang menderita DM walaupun tanpa riwayat infark miokard akut mempunyai angka kejadian kardiovaskular yang sama dengan mereka yang tanpa DM tetapi pernah mengalami infark miokard.
Penderita DM mempunyai risiko kejadian kardiovaskular dalam 10 tahun sebesar 20%. Mereka yang menderita DM juga mempunyai angka kematian yang tinggi bila mengalami kejadian kardiovaskular, mereka lebih banyak yang meninggal dan lebih banyak yang mendapatkan komplikasi.
Oleh karena itulah bagi mereka yang menderita DM tata laksananya harus lebih agresif, misalnya target pengontrolan tekanan darah pada mereka harus kurang dari 130/80 mmHg. Pengontrolan kolesterol pada penderita Dmpun harus lebi rendah dan agresif dengan target LDL kurang dari 100mg/dl. Pengobatan diberikan bila kadar kolesterol diatas 130 mmHg, tetapi dapat juga diberikan bila kadar kolesterol LDLnya kurang dari 130 mg/dl.
Diabetes merupakan suatu keadaan dimana kadar gula darah melebihi batas normal. Diabetes ini juga merupakan faktor risiko terhadap PJK. Bila kadar gula darah naik dan berlangsung lama, maka akan memicu terjadinya aterosklerosis pada arteri koroner. Pasien dengan diabetes cenderung mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. Diabetes yang tidak terkonrol dengan kadar glukosa yang tinggi cenderung meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida.
Bentuk kolesterol LDL pada penderita diabetes lebih padat dengan ukuran yang lebih kecil yang sering disebut Small Dense LDL, sehingga mudah sekali masuk kedalam lapisan pembuluh darah yang lebih dalam. Bentuk kolesterol LDL ini lebih jahat lagi karena lebih bersifat aterogenik (lebih mudah menempel pada pembuluh darah dan lebih mudah membentuk plak).

Ø  Obesitas
Obesiatas merupakan penyebab terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah    (kardiovaskuler ). Pasalnya, obesitas menyebabkan peningkatan beban kerja jantung karena dengan bertambah besar tubuh seseorang maka jantung harus bekerja lebih keras memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh. Bila kemampuan kerja jantung sudah
terlampaui, terjadilah yang disebut gagal jantung. Tanda-tandanya adalah nafas sesak dan timbulnya bengkak pada tungkai.
Pengidap obesitas juga sering mengalami tekanan darah tinggi  (hipertensi) karena pembuluh darah menyempit akibat jepitan timbunan lemak. Kombinasi obesitas dan hipertensi ini tentu saja memperberat kerja jantung. Akibatnya, timbal penebalan pada dindingbilik jantung disertai kekurangan oksigen. Keadaan ini akan mempercepat timbulnya gagal jantung
Ø  Merokok

Menghisap rokok mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan risiko terkena penyakit jantung koroner (CHD). Nikotin, karbon monoksida (CO) dan zat lainnya yang terkandung dalam rokok berpotensi menimbulkan kerusakan dinding pembuluh darah.
Bahan-bahan kimia didalam rokok diserap kedalam aliran darah dari paru-paru dan mengelilingi seluruh tubuh, mempengaruhi setiap sel tubuh. Bahan kimia ini menyempitkan pembuluh darah sementara waktu. Mereka juga membuat keping-keping darah yang disebut platelets menjadi lebih lengket, jadi meningkatkan kemungkinan untuk membentuk gumpalan darah, selain itu hal ini akan mempermudah kolesterol untuk melekat pada dindidng pembuluh darah yang mengalami kerusakan sehinga membentuk plak.
Penghisap pipa (pipe) dan lisong (cigar) tidak mempunyai risiko tinggi dari perokok sigaret namun mereka tetap lebih rentan mendapatkan CHD dibanding dengan tidak perokok (non-smokers).  . Risiko terkena serangan jantung akan meningkat 50% jika menghisap 4 batang setiap hari.
Ø  Stres
Ternyata tidak hanya penyakit fisik saja yang menjadi pemicu timbulnya penyakit jantung, namun penyakit yang berhubungan dengan psikis menjadi satu faktor penyebabnya, yaitu depresi. Diketahui bahwa stres akan membuat pembuluh darah menyempit, tekanan darah meningkat, dan kadar kolesterol meningkat.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi yang tegang, dapat terjadi arithmias jantung yang membahayakan jiwa. Orang yang mudah stres dua kali lipat lebih mudah terkena penyakit jantung. Dikatakan oleh ahli kejiwaan dari Rumah Sakit Internasional Omni Alam Sutera Tangerang, dr Andri SpKJ, pasien dengan riwayat depresi yang sering muncul mempunyai peningkatan rata-rata risiko kematian 4 sampai 5 kali setelah infark miokardium daripada yang tidak depresi. Depresi setelah infark miokard berhubungan dengan timbulnya infark kembali dan kematian.
Ketika semua faktor pemicu penyakit jantung bisa terkontrol, ternyata masih ada faktor lain yang bisa membuat jantung meradang. Faktor itu adalah depresi. Depresi ini pun merupakan faktor risiko yang tersendiri (independen) yang memicu munculnya penyakit jantung koroner pada pria dan wanita.
Depresi menyebabkan penurunan suatu zat dalam tubuh yang dinamakan serotonin. Penurunan kadar serotonin ini berhubungan dengan perubahan perlengketan platelet. Hal ini membuat orang yang depresi mempunyai kecenderungan plateletnya lengket di pembuluh darah (jantung).
Hubungan antara stres dan jantung juga pernah diungkap oleh ahli epidemiologi dari University College London, Tarani Chandola. Dalam penelitian yang melibatkan 10.000 responden itu terungkap bahwa stres memiliki peran lebih banyak terkait dengan perubahan biologis dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya.
Stres dianggap sebagai faktor yang cukup dominan sebagai sala satu faktor resiko PJK.Stres sendiri memang ada yang positif dan ada juga yang  negatif. Stres yang positif berdampak baik, seperti rasa ingin maju cita-cita adalah salah satu stres positif.
Stres negatif seperti merasa sakit hati yang sangat berlebihan, bila tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan dampak yang sangat merugikan dan sayangnya sangat sedikit orang yang menyadari bahwa ia telah terkena stres negatif.
Bila tingkat stres sudah sangat tinggi dan mencemaskan maka akan sangat membahayakan kesehatan, apalagi bila usia sudah diatas 40 thn, usia semua faktor resiko sangat meningkat.
       
Menurut penelitian para ahli kesehatan klinik stres dapat memicu semburan adrenalin dan
zat katekolamin yang tinggi yang dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah
jantung serta peningkatan denyut jantung.,sehingga dapat menyebabkan terganggunya suplai darah ke jantung.
Stres bisa membuat kekacauan sistem internal tubuh yang berujung terganggunya kinerja jantung. Terganggunya kinerja jantung akan menyebabkan penumpukan dan menutup darah di saluran arteri, tekanan darah tinggi, dan menghancurkan sistem darah.
Ø  Gaya Hidup
Ini hanyalah faktor sangat besar lainnya yang menyebabkan penyakit jantung koroner dapat berkembang dan terjadi menjadi sesuatu yang kronis. Jadi, orang yang memiliki resiko lebih besar terkena penyakit jantung koroner disarankan untuk melakukan olahraga secara teratur, yang dapat membantu meningkatkan aliran darah dan oksigen ke tubuh. Olahraga bahkan dapat memperkuat kontraksi jantung, memungkinkan jantung untuk memompa darah lebih banyak dengan usaha sedikit.
Jadi inilah pada dasarnya penyebab utama penyakit jantung koroner. Sangat bijaksana untuk mencatat dan memahaminya untuk mempermudah mencari tahu perawatan yang terbaik baginya. Jika Anda ingin agar terjauh dari penyakit jantung, maka lakukan sesuatu untuk mengubah penyebab penyakit jantung koroner yang dapat diubah. Buatlah jantung Anda selalu sehat.
Ø  Tipe Kepribadian
ü  Tipe Kepribadian A
Sikap sinis, berangasan, dan cepat naik darah bisa membuat umur menjadi pendek. Orang dengan ciri-ciri tabiat seperti ini digolongkan berisiko tinggi untuk mati di bawah usia 50 tahun. Penyebab utamanya serangan jantung. Penelitian ini dianggap telah meruntuhkan teori yang menyimpulkan kesibukan dan gila kerja adalah penyebab umur pendek.
Dua ahli jantung, Meyer Friedman dan Ray Rosenman, melalui buku “Type A Behavior and Your Heart”, memperkenalkan teori kepribadian “tipe A dan tipe B.” Dalam buku yang sangat laris itu, Friedman dan Rosenman menyebut, tipe A adalah kepribadian gila kerja yang senantiasa diuber-uber kesibukan. Kelompok ini, menurut kedua ahli jantung itu, sering mengalami stres, karena itu paling terancam penyakit jantung dan  kematian dini.
Menurutnya, para psikiater, ahli jantung, dan American Heart Association menyatakan tidak ada gunanya mengubah kepribadian tipe A menjadi tipe B. Tipe terakhir ini mewakili karakter yang lebih tenang, tidak grasah-grusuh, mudah menyesuaikan diri. Alasannya upaya itu tidak menjamin bahwa umur bisa lebih panjang.  Ada juga peneliti yang  menyatakan hormon adrenalin punya peran besar dalam menimbulkan penyakit jantung hormon ini meningkatkan kadarnya dalam darah ketika orang mengalami stres karena kesibukan, diuber-uber waktu, dan ketegangan akibat kompetisi. Tetapi dikatakan  penyebab stres yang utama bukanlah kegiatan-kegiatan semacam itu.
Pada orang normal, tidak semua rasa marah sampai dimanifestasikan. Pada kepribadian pemberang, rasa tidak senang hampir selalu bermuara pada sebuah reaksi atau ungkapan sinis. Bahkan rasa tidak senang bisa terpancing ketika melihat seseorang melanggar tata tertib umum yang secara tidak langsung menyinggung perasaan. Sikap sinis dan reaksi bermusuhan terjadi secara tetap tiap hari,  Sistem parasimpatetik mereka lemah. Pada orang normal, sistem saraf ini berfungsi sebagai rem, kadang-kadang dengan jalan memblokir pikiran. Inilah sebabnya, mengapa seseorang justru tidak berbuat apa-apa ketika marah.  pada saat itu ketegangan menurun. Pada mereka yang pemberang, tombol otomatis itu tidak bekerja. Akibatnya, rasa marah meningkat terus dan ketegangan melonjak, dalam keadaan ini, debar jantung mengencang, sementara adrenalin terpompa semakin banyak ke dalam darah,” ujar dokter ahli jiwa yang juga Ketua KPAID Bali ini.
Tantangan besar dalam psikologi stres – dan prekursor yang diperlukan untuk mengembangkan intervensi terhadap efek berbahaya stres – telah memahami mekanisme yang pikiran dan perasaan dan “mental” hal dapat mempengaruhi kesehatan tubuh.
Selama bertahun-tahun, diyakini bahwa hubungan kausal utama antara stres dan penyakit adalah penekanan kekebalan yang terjadi ketika tubuh pengalihan energi terhadap respon fight-or-flight. Tetapi penelitian baru-baru ini telah mengungkapkan gambaran yang jauh lebih bernuansa.
Stres diketahui untuk benar-benar meningkatkan satu respon penting peradangan, kekebalan tubuh, dan semakin ini dilihat sebagai perantara dalam penyakit stres-terkait.
Biasanya, peradangan adalah bagaimana kesepakatan tubuh yang sehat dengan jaringan yang rusak: Sel pada lokasi infeksi atau cedera menghasilkan sinyal kimia yang disebut sitokin, yang pada gilirannya menarik sel imun lainnya untuk situs tersebut untuk membantu memperbaikinya. Sitokin juga perjalanan ke otak dan bertanggung jawab untuk memulai perilaku penyakit. Terlalu aktif produksi sitokin telah ditemukan untuk menempatkan individu di risiko yang lebih besar untuk berbagai penyakit yang berkaitan dengan penuaan.
Sitokin dapat menjadi mediator penting dalam hubungan antara stres dan penyakit jantung. Ketika makan arteri jantung rusak, sitokin mendorong aliran darah lebih banyak, dan sel darah sehingga lebih putih, ke situs. Sel darah putih menumpuk di dinding pembuluh dan, dari waktu ke waktu, membesar menjadi dengan kolesterol, menjadi plak; ini kemudian dapat menjadi tidak stabil dan pecah, menyebabkan serangan jantung. Sitokin tindakan juga telah terlibat dalam hubungan antara stres dan depresi. Orang yang menderita depresi klinis telah menunjukkan konsentrasi 40-50 persen lebih tinggi sitokin inflamasi tertentu. Dan sekitar 50 persen pasien kanker yang imun tanggapan secara artifisial mendorong melalui sitokin administrasi menunjukkan gejala depresi,” ungkapnya.
Memang tidak semua sifat karakter dapat membunuh, beberapa bahkan mungkin meningkatkan masa hidup. Jadi berhati-hatilah dengan beberapa karakter yang bisa membunuh, diantaranya sinisme, tidak punya tujuan hidup, resah, gelisah, murung, dan stress.

ü  Tipe Kepribadian D
Kepribadian tipe D adalah kepribadian dengan karakteristik berupa kecenderungan untuk mengekspresikan emosi negatif dan sekaligus menghambat emosi tersebut dengan cara menghindari kontak sosial terhadap lingkungannya (Denollet, 2005). Individu dengan kepribadian tipe ini memiliki skor yang tinggi dalam dimensi afek negatif dan penghindaran sosial.
Ciri-ciri dari afek negatif dideskripsikan dengan kecenderungan untuk :
ü  berpikir negatif terhadap dirinya sendiri
ü  memendam permusuhan
ü  mudah mengalami depresi
ü  mudah marah
ü  mudah merasa cemas.
Sementara dimensi penghindaran sosial dideskripsikan dengan :
ü  mudahnya individu tersebut merasa tertekan
ü  mudahnya individu merasa tidak aman dan nyaman dalam berinteraksi dengan lingkungan
ü  kecenderungan merasa takut tidak diterima atau dihargai lingkungan.
            Individu dengan kepribadian tipe D cenderung memilih untuk menarik diri daripada aktif berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Kedua dimensi ini, afek negatif dan penghindaran sosial, dihubungkan dengan persepsi individu tersebut akan lingkungan yang tidak mendukung dirinya (Sher, 2005)
            Orang dengan kepribadian tipe D ditandai dengan kecenderungan untuk mengekspresikan emosi negatif dan sekaligus menghambat emosi tersebut dengan cara menghindari kontak sosial terhadap lingkungannya. Mereka juga mudah marah, mudah merasa cemas dan memendam permusuhan.
            Tipe D pasien cenderung mengalami tingkat dibangkitkan dari kecemasan , iritasi dan suasana hati tertekan di situasi dan waktu, sementara tidak berbagi emosi dengan orang lain karena takut ketidaksetujuan.
            Ditemukan bahwa jantung pasien dengan kepribadian Tipe D memiliki risiko tiga kali lipat lebih tinggi untuk masalah jantung masa depan, seperti penyakit arteri perifer angioplasti, atau bypass prosedur, gagal jantung, transplantasi jantung, serangan jantung atau kematian. Pasien dengan kepribadian Tipe D memiliki meningkat tiga kali lipat dalam jangka panjang risiko kondisi psikologis seperti depresi , kecemasan atau kesehatan jiwa yang buruk.
            Sekali terkena penyakit jantung koroner, orang tipe tertutup menanggung resiko kematian yang tinggi. Demikianlah laporan studi yang dilakukan tim peneliti di Harvard University.
            Penulis laporan studi itu menyatakan bahwa, orang berkepribadian D
kurang pandai mengatur hormon stres. Jantung mereka berdetak lebih cepat, tekanan darah mereka lebih tinggi, dan pembuluh darah mereka dilaporkan lebih tegang.
            Semua kondisi itu buruk bagi sistem kardiovaskular. Mereka mungkin punya sistem kekebalan yang lebih aktif dibanding orang kebanyakan, sehingga infeksi lebih sering terjadi dan membahayakan pembuluh darah.

E.     Patofisiologi Aterosklerosis

Proses aterosklerotik (pembentukan plakkerak), dimulai dengan adaya luka pada sel endotel (lapisan dalam pembuluh darah) yang bersentuhan langsung dengan zat-zat dalam darah. Permukaan sel endotel yang semula licin menjadi kasar, sehingga zat-zat didalam darah menempel dan masuk kelapisan dinding arteri. Terbukanya jaringan kolagen subendotel akan menginduksi penempelan platelet pada luka endotel, lalu mensekresi beberapa substansi yang menyebabkan perlengketan. Platelet akan menarik sel-sel darah lalu menembus endothelial dan masuk keruang subendotelial. Disini monosit berubah menjadi bentuk makrofag yang memainkan peranan kunci pada proses aterosklerosis. Diimana makrofag akan memakan tumpukan kolesterol LDL yang teroksidasi menjadi sel busa (foam cell). Akibatnya terjadi gangguan keseimbangan kolesterol dimakrofag, karena kolesterol yang masuk kesel lebih banyak ketimbang kolesterol yang dikeluarkan.
Figure 1 Gambar potongan melintang arteri dalam perkembangan atheroma, dari kirikekanan. Gambar paling atas meninjukkan detail dari box ar dibawah. Endotel monolayer dari intima kontak dengan darah. Hypercholesterolemia memicu akumulasi partikel LDL (cahaya) di intima. Partikel lipoprotein sering berkaitan dengan konstituen metrics ekstraselular, yaitu proteoglikan. Sequestrasu dalam intima yang memisahkan lipoprotein dari antioksidan plasma dan menjadi modifikasi oksidatof. Partikel lipoprotein partikel seperti ini (gelap) dapat memicu respon inflamasi local dan bertanggung jawab dalam memberikan sinyal selanjutnya  untuk formasi lesi. Ekspressi augmentasi dari berbagai perlengketan molekuk untuk leukosit membuat monosit kedarah tersebuat.
            Ketika menempel, beberapa sel darah putih akan bermigrasi kedalam intima. Migrasi langsung leukosit tergantung pada faktro kemoatraktan termasuk partikel lipoprotein termodifikasi sendiri dan sitokin kemoatractant oleh lapisan yang lebih kecil, seperti makrofag chemokin. Protein 1 kemoatractant makrofag kemochin diproduksi oleh dinding pembuluh darah vascular sebagai respon terhadap modifikasi lipoprotein (reseptor scavenger). Fagosiy mononuclear ini memakan lipid dan menjadi sel busa, diirepresentasukan dengan sitoplasma dengan droplet lemak. Ketika sel lemak terlibat kedalam lesi atherosklerotik yang terkomplikasi, sel otot polos bermigrasi dari media melalui membrane elastic interna (solid wavy line), dan diakumulasi dalam perluasan intima dimana mereka dapat turun dari matriks ekstraselular yang membentuk curah dari lesi yang berkembang
Tumpukan plaque pada dinding arteri yang semakin banyak membuat lapisan pelindung areti perlahan-perlahan mulai  mulai menebal dan jumlah sel otot bertambah. Setelah beberapa waktu jaringan penghubung yang menutupidaerah itu berubah menjadi jaringan parut, yang mengurangi elastisitas arteri dan mdudah pecah. Semakin lama semakin banyak plaque yang terbentuk dan membuat lumen arteri mengecil, sehingga pasokan oksigen ke jantung berkurang dan terjadilah serangan jantung


F.     Mencegah Progresifitas Plaque

Mencermati proses pembentukan plaque, maka upaya pencegahan progresifitas aterosklerosis harus dilakukan sedini mungkin. Itu sebabnya pencegahan progresifitas aterosklerosis akan efektif dan berdampak besar jika dimulai dari sebelum timbulnya gejala klinis, sebab jika gejala klinis sudah timbul, maka sebetulnya progresifitas aterosklerosis sudah dalam keadaan berat.
Mencermati peranan factor resiko dalam proses aterosklerosis, maka dimengerti bahwa semua pada akhirnya akan menyebabkan peningkatan kadar lemak atau kolesterol darah dan kadar radikal bebas atau oksidan. Dan semua itu menyebabkan plaque lebih banyak terbentuk, yang bila semakin besar akan menyumbat pembuluh darah jantung sehingga serangan jantung pun timbul.
Perubahan gaya hidup juga penting dilakukan serta membiasakan mengkonsumsi minuman dan makanan yang sehat. Selain itu ada beebrapa hal yang musti dilakukan, yaitu :
ü  Menurunkan berat badan jika mengalami kelebihan berat badan
ü  Diet rendah lemak-rendah gara
ü  Berhenti merokok dan minum alcohol
ü  Aktif dalam berolah raga
ü  Mengelola dan menghadapi stress dnegan bijak.

Kebiasaan bergerak seperti melakukan kegiatan sehari-hari secara aktif misalnya berkebun, menanam bunga dan memindahkan pot bunga serta lain-lain cukup berguna dalam upaya menjaga kebugaran tubuh. Hal-hal lain yang terkait dengan kehidupan modern justru dapat merugikan seperti naik lift atau escalator daripada naik tangga 1 atau 2 lantai, naik motor atau mobil dengan jarak tempuh 1-2 km, mungkin lebih baikk jika ditempuh dengan jalan kaki.
Peranan Omega 3 dan Omega 6
Asam lemak esensial merupakan komponen vital dari setiap sel-sel tubuh dan sangat penting bagi struktur dan fungsi arteri. Asam lemak esensial tidak dibuat oleh tubuh, maka harus diperoleh dari luar yaitu dari makanan. Ada 2 jenis asam lemak esensial : omega 3 dan omega 6, yang berfungsi mencegah peningkatan kolesterol.
Peranan Antioksidan
Secara umum ada dua macam antioksidan yaitu yang spesifik seperti super oxide dismutase (SOD). Glutathione peroksidase (Gpx); yang menghambat pembentukan radikal bebas baru; sedangkan yang non spesifik seperti vitamin A, C, E; berfungsi mengangkap radikal bebas yang beredar.
Jika diputuskan akan mengkonsumsi anti oksidan dalam bentuk supplemen makanan atau minuman (seperti susu), sebaiknya juga dipastikan bahwa ia mengandung anti oksidan seperti vitamin A, E, C, Selenium, dan dilengkapi dengan omega 3 dan 6 uang simbang.
Terapi Statin  
Lesi aterosklerosis yang luas dicirikan dengan pembentukan kolesterol berbentuk kristal mikroskopik. Kristal ini memberikan kontribusi terhadap mekanisme inflamasi dan memicu kematian sel. Kristal-kristal ini terbentuk dari membran kolesterol, dan proses ini dipercepat oleh kondisi hiperlipidemia dan stress oksidatif. Peran oksidasi LDL yang cukup penting dalam pembentukan aterosklerosis menggugah penelitian lebih lanjut. Tujuannya adalah mencari solusi untuk mencegah terjadinya oksidasi LDL.
Statin merupakan penghambat he­patic 3-hydroxy 3-methylglutaryl coenzyme A (HMG-CoA) reduktase. Selama ini statin dikenal sebagai pe­nurun kolesterol LDL. Tetapi se­benarnya mekanisme kerja statin melalui dua jalur. Penghambatan HMG-CoA reduktase di hati oleh statin akan mendorong pengurangan sirkulasi kolesterol LDL. Be­sarnya pengurangan LDL tergantung pada potensi statin. Semakin poten statin ten­tu penurunan LDL semakin besar.
Dalam 10 tahun terakhir ini di seluruh dunia, inhibitor 3hidroksi3metilglutaril koenzim A reduktase—biasa disebut sebagai STATIN—menjadi obat yang paling banyak diresepkan sebagai obat penurun kadar lipid. Obat golongan ini memblok secara parsial reaksi konversi 3hidroksi3metilglutaril koenzim A menjadi asam mevalonat. Reaksi ini merupakan salah satu tahap yang penting pada proses pembentukan kolesterol dalam sel di hati.
Penghambatan proses ini mengakibatkan kadar kolesterol turun dengan cepat, yaitu ketika pasien mulai dan tetap kontinyu menggunakan obat statin, walaupun dilaporkan setelah beberapa lama pasien dapat mengalami takikardi. Statin memiliki efek yang baik terhadap profil lipid secara keseluruhan. Statin, menurunkan kadar lowdensity lipoprotein (LDL), yang berkaitan dengan resiko kardiovaskuler. Selain itu, statin juga menurunkan kadar trigliserida dan kadar kolesterol total dalam serum. Statin meningkatkan kadar highdensity lipoprotein (HDL) yang bersifat melindungi kardiovaskular.
Popularitas statin dipengaruhi oleh banyaknya data uji klinik yang mengkonfirmasi bahwa penurunan kadar lipid pada pasien yang diterapi akan berakibat juga pada turunnya resiko penyakit kardiovaskuler, terutama pada angka kematian (mortalitas) total dan penyakit jantung, infark miokard dan prosedur revaskularisasi. Studi klinik yang menunjukkan penurunan mortalitas karena penyakit kardiovaskular dan koroner mendukung penggunaan statin untuk pasien wanita, pasien lanjut usia dan pasien diabetes.

Penggunaan statin yang dianjurkan

Statin digunakan untuk mencegah dan mengobati atherosclerosis yang dapat menyebabkan nyeri dada, serangan jantung, stroke, dan klaudikasio intermittent pada individu yang mempunyai atau berada dalam resiko untuk atherosclerosis. Faktor resiko untuk atherosclerosis termasuk peningkatan kadar kolesterol yang abnormal, riwayat keluarga serangan jantung (terutama pada usia muda), penambahan umur, dan diabetes. Kebanyakan individu diberikan statin karena tingginya kadar kolesterol. Meskipun penurunan kadar kolesterol adalah penting, penyakit jantung sangat kompleks, dan seperti telah didiskusikan sebelumnya, faktor lain seperti infalamasi memainkan peranan. 35% dari individu yang mendapatkan serangan jantung tidak mempunyai kadar kolesterol darah yang tinggi, tetapi kebanyakan dari mereka mempunyai atherosclerosis. Hal ini berarti tingginya kadar kolesterol tidak mutlak untuk timbulnya plak atherosklerosis.
Dikarenakan tidak jelas dimana efek statin bertanggung jawab untuk keuntungannya, tujuan pengobatan dengan statin tidak hanya pengurangan kolesterol menuju kadar yang normal, tetapi juga pencegahan dari komplikasi atherosclerosis angina, serangan jantung, klaudikasio intermittent, dan kematian. Konsep ini penting karena individu yang mempunyai atau dalam resiko atherosclerosis tetapi tidak mempunyai kadar kolesterol yang tinggi dipertimbangkan untuk diterapi dengan statin. Statin, seperti ACE inhibitor merupakan kelas obat yang penting karena obat ini membuktikan mengurangi insiden dari serangan jantung, stroke dan kematian.
Secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut: Statin diresepkan untuk semua pasien dengan penyakit koroner (angina, riwayat infark
miokard, operasi revaskularisasi atau intervensi koroner perkutan) dan pasien yang beresiko tinggi menderita penyakit tersebut (memiliki beberapa faktor resiko, diabet, riwayat keluarga, dll). Resiko tinggi didefinisikan sebagai resiko kumulatif 10tahunan untuk kejadian kardiak ≥20%, Ambang batas absolut untuk memulai terapi statin masih diperdebatkan. Buktibukti menunjukkan bahwa penggunaan statin bermanfaat pada pasien jantung atau pasien beresiko tinggi dengan kadar kolesterol total mulai 3,5 mmol/L. Sebagai standar minimum, statin diresepkan untuk pasien jantung dengan kolesterol >5mmol/L atau LDL>3mmol/L. Terapi yang lebih agresif akan lebih bermanfaat untuk mengurangi mortaliatas dan morbidita