PENYAKIT DARAH
A. A N E M I A
- Latar Belakang
Anemia
↓
viskositas darah menurun
↓
resistensi aliran darah perifer
↓
penurunan transport O2 ke jaringan
↓
hipoksia, pucat, lemah
↓
beban jantung meningkat
↓
kerja jantung meningkat
↓
payah jantung.
|
Ketika sel-sel leukemia meningkat, pembangunan sel darah merah (oksigen sel yang membawa) platelet (sel pembekuan darah) dan normal leukosit menurun. Jika ini produksi sel darah putih tidak diobati, sel-sel ini akhirnya akan menyerang bagian sisa tubuh, seperti otak, hati, kelenjar getah bening dan sumsum tulang belakang.
Leukemia adalah dari empat jenis. Jenis ini limfositik, kronis, myelogenous dan akut. Pada leukemia kronis, pengembangan lambat sehubungan dengan leukemia akut yang sangat cepat berkembang. Arus utama leukemia akut korban adalah anak-anak. Leukemia sel tumbuh tidak pernah penuh, karena harus seperti sel-sel sehat lainnya. Sel-sel darah putih tidak meninggal dunia. Sel-sel ini memiliki kecenderungan untuk mereproduksi dan membangun dalam tubuh.
a. Pilek
tidak sembuh-sembuh
b. Pucat,
lesu, mudah terstimulasi
c. Demam
dan anorexia
d. Berat
badan menurun
e. Ptechiae,
memar tanpa sebab
|
f. Nyeri
pada tulang dan persendian
g. Nyeri
abdomen
h. Lumphedenopathy
i.
Hepatosplenomegaly
j.
Abnormal WBC
|
1.Sunar Trenggana, Dr. Leukemia ; Penuntun bagi orang tua Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FK UNHAS/SMF Anak RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
2.Susan Martin Tucker, Mary M. Canabbio, Eleanor Yang Paquette, Majorie Fife Wells, 1998, Standar Perawatan Pasien, volume 4, EGC.
3.Abdoerrachman MH, dkk, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, Buku I, penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
4.Anna Budi Keliat, SKp, MSc., 1994, Proses Keperawatan, EGC.
5.Marilynn E. Doenges, Mary Prances Moorhouse, Alice C. Beissler, 1993, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC.
6.Rosa M Sacharin, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta
7.Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Berdasarkan survei kewsehatan rumah tangga (SKSRT) 2001, prevalensi
anemia pada balita 0-5 tahun sekitar 47%, anak usia sekolah dan remaja sekitar
26,5%, sehingga diperlukan asupan besi tambahan untuk mencegah kekurangan besi.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit
atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat
(Nelson,1999). Kebanyakan anemia pada anak adalah anemia kekurangan zat besi
atau iron deficiency anemia.
Penyebabnya umumnya adalah pola makan yang kurang tepat.
Anemia lainnya adalah anemia karena pendarahan, anemia karena pabriknya
mengalami gangguan (sumsum tulang tidak memproduksi sel-sel darah dengan baik
dan penyebabnya bermacam-macam), bisa juga anemia karena yang bersangkutan
menderita suatu penyakit keganasan seperti kangker, leukemia dll, tapi biasanya
dokter akan tahu karena hati dan limpanya membesar.
A. Anatomi Fisiologi
Sistem hematology tersusun atas darah dan tempat darah
diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus limfa. Darah adalah organ khusus
yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan.
Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid
cair yang mengandung elektrolit. Peranannya sebagai medium pertukaran antara
sel-sel yang terfiksasi dalam tubuh dan lingkungan luar serta memiliki
sifat-sifat protektif terhadap organisme sebagai suatu keseluruhan dan
khususnya terhadap darahnya sendiri.
Unsur seluler darah terdiri dari sel darah merah
(eritrosit), beberapa jenis sel darah putih (leukosit), dan pecahan sel yang
disebut trombosit.
1.
Sumsum tulang
Sumsum tulang menempati bagian dalam tulang spons dan
bagian tengah rongga tulang panjang. Sumsum merupakan 4 % sampai 5 % berat
badan total,sehingga merupakan yang paling besar dalam tubuh. Sumsum bisa
berwarna merah atau kuning. Sumsum merah merupakan tempat diproduksi sel darah
merah aktif dan merupakan organ hematopoetik (penghasil darah) utama. Sedang
sumsum kuning, tersusun terutama oleh lemak dan tidak aktif dalam produksi
elemen darah.
2.
Eritrosit
Sel darah merah atau eritrosit dalah merupakan cakram
bikonkaf yang tidak berinti yang kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi
2m pada bagian tengah tebalnya hanya 1m atau kurang. Karena sel itu lunak dan
lentur maka dalam perjalanannya melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah.
Stroma bagian luar yang mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan
B serta faktor Rh yang menentukan golongan darah seseorang. Komponen utama sel
darah merah adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan
mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intraseluler.
Molekul-molekul Hb terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida (globin) dan 4
gugus hem, masing-masing mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini
memungkinkan pertukaran gas yang sangat sempurna.
Pembentukan hemoglobin terjadi pada sumsum tulang
melalui semua stadium pematangan. Sel darah merah memasuki sirkulasi sebagai
retikulosit dari sumsum tulang. Retikulosit adalah stadium terakhir dari
perkembangan sel darah merah yang belum matang dan mengandung jala yang terdiri
dari serat-serat retikular. Sejumlah kecil hemoglobin masih dihasilkan selama
24 sampai 48 jam pematangan, retikulum kemudian larut dan menjadi sel darah
merah yang matang.
3.
Leukosit (sel darah putih)
Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem
pertahanan tubuh. Leukosit ini sebagian di bentuk di sumsum tulang (granulosit
dan monosit serta sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe
(limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam
darah menuju bagian tubuh untuk di gunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel darah
putih ialah bahwa kebanyakan di transpor secara khusus ke daerah yang
terinfeksi dan mengalami peradangan serius, jadi menyediakan pertahanan yang cepat
dan kuat terhadap bahan infeksius yang mungkin ada. Ada 6 macam sel darah putih
yang secara normal di temukan dalam darah. Keenam sel tersebut ialah netrofil
polimorfonuklir, eosinofil polimorfonuklir, basofil polimorfonuklir, monosit,
limfosit, dan kadang-kadang sel plasma. Selain itu terdapat juga sejumlah besar
trombosit, yang merupakan pecahan dari tipe ketujuh sel darah putih yang
dijumpai dalam sumsum tulang, yakni megakariosit. Ketiga tipe dari sel, yaitu
sel polimorfonuklir, seluruhnya mempunyai gambaran granular, karena alasan itu
mereka disrbut granulosit atau dalam terminologi klinis disebut “poli” karena
intinya multipel.
Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadap
organisme penyerang terutama dengan cara mencernakannya yaitu melalui fagositosis.
Fungsi utama limfosit dan sel-sel plasma berhubungan dengan sistem imun.
4.
Trombosit
Trombosit merupakan partikel kecil, berdiameter 2 sampai
4 µm, yang terdapat pada sirkulasi plasma darah. Karena dapat mengalami
disintegrasi cepat dan mudah, jumlahnya selalu berubah antara 150.000 dan
450.000 per mm³ darah, tergantung jumlah yang dihasilkan, bagaimana digunakan,
dan kecepatan kerusakan. Dibentuk oleh fragmentasi sel raksasa sumsum tulang,
yang disebut megakariosit. Produksi trombosit diatur oleh trombopotein.
Trombosit berperan penting dalam mengotrol pendarahan.
Apabila terjadi pendarahan cedera vascular, trombosit mengumpul pada pada
tempat edera tersebut. Subtansi yang dilepaskan dari granula trombosit dan sel
darah lainnya menyebabkan trombosit menempel satu sama lain dan membentuk
tambalan atau sumbatan, yang sementara menghentikan pendarahan. Subtansi lain
dilepaskan dari trombosit untuk mengaktifasi factor pembekuan dalam plasma
darah.
5.
Plasma darah
Apabila elemen seluler diambil dari darah, bagian cairan
yang tersisa dinamakan plasma darah. Plasma darah mengandung ion, protein, dan
zat lain. Apabila plasma dibiarkan membeku, sisa cairan yang tertinggal
dinamakan serum. Serum mempunyai kandungan yang sama dengan plasma, keuali
kandungan fibrinogen dan beberapa factor pembekuan.
Protein plasma tersusun terutama oleh albumin dan
globulin. Globulin tersusun atas fraksi alfa, beta dan gama yang dapat dilhat
dari laboratorium yang dinamakan elektroforesis protein. Masing-masing kelompok
disusun oleh protein tertentu.
Gama globulin, yang tersusun terutama oleh anti bodi,
dinamakan immunoglobulin. Protein ini dihasilkan oleh limfosit dan sel plasma.
Protein plasma penting dalam fraksi alfa dan beta adalah globulin transpor dan
nfaktor pembekuan yang dibentuk di hati. Globulin transpor membawa berbagai zat
dalam bentuk terikat sepanjang sirkulasi. Misalnya tiroid terikat globulin,
membawa tiroksin, dan transferin membawa besi. Faktor pembekuan, termasuk
fibrinogen, tetap dalam keadaan tidak aktif dalam plasma darah sampai
diaktifasi pada reaksi pada tahap-tahap pembekuan.
Albumin terutama penting untuk pemeliharaan volume
cairan dalam system vaskuler. Dinding kapiler tidak permeabel terhadap albumin,
sehingga keberadaannya dalam plasma menciptakan gaya onkotik yang menjaga
cairan dalam rongga vaskuler. Albumin, yang dihasilkan oleh hati, memiliki
kapasitas mengikat berbagai zat yang ada dalam plasma. Dalam hal ini, albumin
berfungsi sebagai protein transpor untuk logam, asam lemak, bilirubin, dan obat-obatan,
diantara zat lainnya.
B. Pengertian
Anemia adalah suatu kondisi dimana tubuh mengalami
kekurangan sel-sel darah merah serta hemoglobin (Hb) sehingga sirkulasi zat
dalam tubuh tidak berjalan secara normal yang memungkinkan mereka mengangkut
oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Keadaan ini
akan berpengaruh pada semua organ tubuh, bertumpuknya CO2 dalam sel yang dapat
meracuni sel atau setidaknya menurunkan efisiensi dan proses lainnya dalam
tubuh.
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan dimana
jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam
sel darah merah berada dibawah normal. ( wikipedia)
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar
Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Nelson,1999).
Anemia berarti kekurangan sel darah merah, yang dapat di sebabkan
oleh hilangnya darah yang terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi
sel darah merah. (Guyton,1997).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003)
Anemia adalah penurunan dibawah normal dadam jumlah eritrosit,
banyaknya hemoglobin, atau volume sel darah merah, sistem berbagai jenis
penyakit dan kelainan (Dorlan, 1998) .
C. Factor Resiko dan Penyebab
a.
Faktor risiko Anemia yaitu :
Beberapa faktor yang mungkin
meningkatkan peluang terjadinya anemia antara lain :
v Rendahnya asupan gizi pada
makanan.
v Gangguan kesehatan usus kecil
atau operasi yang berkenaan dengan usus kecil.
v
v Kehamilan.
v Kondisi kronis seperti kanker,
gagal ginjal atau kegagalan hati.
v Faktor keturunan
b.
Penyebab
Darah terdiri dari plasma dan
sel. Ada tiga jenis sel darah:
v Sel darah putih (leukosit). Sel
darah ini berguna untuk melawan infeksi.
v Platelets / keping darah. Sel
darah ini membantu membekukan darah saat terluka.
v Sel darah putih (eritrosit). Sel
darah merah ini membawa oksigen dari paru-paru melalui aliran darah menuju otak
dan organ serta jaringan lain. Tubuh memerlukan suplai oksigen untuk berfungsi.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang merupakan protein yang kayak dengan
zat besi yang memberikannya warna merah.
Banyak sel darah diproduksi oleh
sumsum tulang belakang. Untuk dapat memproduksi sel darah merah dan hemoglobin,
tubuh anda membutuhkan zat besi, mineral, protein dan vitamin lainnya dari
makanan yang anda makan.
Penyebab umum anemia
yaitu :
Anemia terjadi ketika tubuh
memproduksi terlalu sedikit sel darah merah, kehilangan terlalu banyak sel
darah merah atau mematikan sel darah merah lebih banyak daripada menggantinya.
Beberapa jenis anemia dan penyebabnya adalah:
1.
Iron deficiency anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah
kekurangan zat besi di tubuh. Sumsum tulang membutuhkan zat besi untuk membuat
hemoglobin. Tanpa zat besi yang cukup, tubuh tidak akan memproduksi cukup
hemoglobin untuk sel darah merah.
2.
Vitamin deficiency anemia. Sebagai tambahan dari zat besi, tubuh juga
membutuhkan folat dan vitamin B-12 untuk menghasilkan cukup sel darah merah.
Asupan makanan yang rendah zat tersebut dan nutrisi penting lain dapat
menyebabkan penurunan produksi sel darah merah. Sebagai tambahan, beberapa
orang tidak dapat dengan efektif menyerap vitamin B-12.
3.
Anemia of chronic disease. Penyakit kronis tertentu,
contohnya kanker dan HIV/AIDS. Dapat mempengaruhi produksi sel darah merah,
menghasilkan anemia kronis. Gagal ginjal juga dapat menyebabkan anemia.
4.
Aplastic anemia. Jenis ini sangat jarang terjadi
dan merupakan kondisi yang mengancam jiwa. Ini disebabkan oleh berkurangnya
kemampuan sumsum tulang belakang untuk menghasilkan ketiga jenis sel darah.
Penyebabnya tidak diketahui.
5.
Anemias associated with bone
marrow disease.
Kondisi seperti leukemia dan myelodysplasia dapat menyebabkan anemia yang
menyebabkan produksi darah di sumsum tulang belakang berkurang.
6.
Hemolytic anemias. Ini terjadi ketika sel darah
merah hancur lebih cepat dan sumsum tulang belakang tidak mampu mengimbanginya
dengan menghasilkan sel darah merah pengganti. Penyakit tertentu seperti
gangguan pada darah dapat menjadi penyebab. Serta gangguan autoimun tubuh dapat
menyebabkan tubuh menghasilkan antibodi terhadap sel darah merah sehingga
menghancurkan sel darah merah.
7.
Sickle cell anemia. Jenis anemia ini disebabkan
oleh kecacatan bentuk hemoglobin yang membuat sel darah merah terbentuk seperti
sabit. Sel darah merah ini mati secara prematur dan menyebabkan kondisi kronis
kurangnya sel darah merah.
8.
D.
Tanda dan Gejala Anemia
a.
Tanda dan keluhan yang
seringkali di temukan pada penderita dari berbagai jenis anemia adalah :
1.
Mudah lelah dan
hilangnya energi,
2.
Detak jantung yang
cepat tidak seperti biasanya yang terutama muncul pada saat exercise (latihan),
3.
4.
Sulit untuk berkonsentrasi,
5.
Pusing
6.
Kulit pucat,
seperti gambar di samping dimana tangan sebelah kiri kelihatan lebih pucat
dibandingkan tangan sebelah kanan yang menandakan tangan yang pucat tersebut
menderita kurang darah atau anemia,
7.
Kram pada kaki
8.
Sulit tidur
(insomnia).
b.
E. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum
atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor
atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat
defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam
sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan
limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan
memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤
1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam
sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin
plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya,
hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien
disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang
tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit
dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum
tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
a.
Jumlah efektif eritrosit
berkurang menyebabkan jumlah O2 ke jaringan berkurang
b.
Kehilangan darah yang
mendadak (> 30%) mengakibatkan pendarahan menimbulkan simtomatologi sekunder
hipovolemi dan hipoksia
c.
Tanda dan gejala: gelisah,
diaforesis (keringat dingin), takikardi,dyspne, syok
d.
Kehilangan darah dalam
beberapa waktu (bulan) sampai dengan 50% terdapat kompensasi adalah :
v Peningkatan curah jantung dan pernafasan
v Meningkatkan pelepasan O2 oleh haemoglobin
v Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela
jaringan.
v Redistribusi aliran darah ke organ vital.
Salah satu tanda yang sering di kaitkan dengan anemia adalah pucat, ini umumnya sering di kaitkan dengan volume darah,
berkurangnya hemoglobin dan vasokontriksi untuk memperbesar pengiriman O2 ke
organ-organ vital. Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan
kedalaman serta distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit maka warna kulit
bukan merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan
dan membran mukosa mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna
menilai kepucatan.
F. Manifestasi Klinik
1.
Pucat oleh karena kekurangan
volume darah dan Hb, vasokontriksi
2.
Takikardi dan bising jantung
(peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
3.
Dispnea, nafas pendek, cepat
capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
4.
Sakit kepala, kelemahan,
tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada SSP
5.
Anemia berat gangguan GI dan
CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
G. Etiologi
1.
Hemolisis (eritrosit mudah
pecah)
2.
Perdarahan
3.
Penekanan sumsum tulang
(misalnya oleh kanker)
4.
Defisiensi nutrient
(nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin
C dan copper
5.
Diet yg tdk mncukupi
6.
Kebutuhan yg meningkat pada
saat kehamilan, laktasi
7.
Perdarahan pd saluran cerna,
donor darah, Hemoglobinuria, Penyimpanan besi yg kurang
H. Komplikasi
1.
Komplikasi anemia pada umumnya
yang ringan dapat berupa Kurangnya
konsentrasi, daya tahan tubuh yang berkurang, sampai yang berat bisa
menyebabkan gagal jantung
2.
Anemia pada kehamilan dapat
memberikan komplikasi
3.
Komplikasi anemia pada anak
dapat berupa penurunan kecerdasan, terganggunya perkembangan koordinasi mental
maupun motorik serta mempengaruhi emosi bayi sehingga lebih penakut, ragu-
ragu. Dan bila tidak diindahkan kelainan ini bisa bersifat irreversible.
Komplikasi umum akibat anemia adalah :
v Gagal jantung
v Parestisia
v Kejang.
I.
Pemeriksaan fisik
1.
Kadar Hb, hematokrit, indek sel
darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan
besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu
protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
2.
Aspirasi dan biopsy sumsum
tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3.
Pemeriksaan diagnostic untuk
menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah
kronis.
4.
Takikardi, Nyeridada, Dispneu,
Pusing, Kelemahan, Tenitus (telinga berdenging), Anoreksia, Nausea, Konstipasi,
Diaredan, Stomatitisa.
J.
Pemeriksaan Laboratorium
v Hb : 4,.3 gr/dl
NN : Haemoglobin (Hb) : 13.5 –17.5 (13 –16) (g/dl)
v Leukosit : 5800(/ul)
NN : Leukosit : 4.000 –11.000 (5.000 –10.000) (/ul)
v HT : 34%
NN : Hematokrit (Ht) : 41.0 –53.0 (40 –54) (%)
v Trombosit : 155000 (/ul)
NN : Trombosit : 150.000 – 440.000 (150.000 – 400.000) (/ul).
L E U K E M I A
A.
Leukemia berasal
dari bahasa Yunani. arti nya adalah
"darah putih". Leukemia adalah jenis kanker. Ketika ada akses
abnormal sel-sel darah putih, kita menyebutnya Leukemia.
Leukemia adalah
penyakit yang dimulai pada organ yang membuat darah di lentur, bagian lembut
tulang (bagian lunak dalam tulang) yang dikenal sebagai sumsum tulang dan dalam
struktur getah bening. Penyakit ini dapat muncul pada orang dewasa serta anak-anak.
Leukemia adalah jenis kanker yang abnormal dan belum dikembangkan sel darah
putih terbentuk. Sel-sel ini berkembang dikenal sebagai leukosit. Pada beberapa
pasien leukemia, ini leukosit atau sel darah putih sangat banyak bahwa
keuntungan darah keputihan tanda hubung. Mitos belakang leukosit atau sel darah
putih adalah bahwa ketika sel-sel darah putih meningkat dan produksi sel-sel
normal mengalami penurunan kemampuan untuk melawan penyakit dan infeksi
berkurang.
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur
dalam jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel
darah putih dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal
(Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 )
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah
berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya
kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi
ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002 )
Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka penulis
berpendapat bahwa Leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker
pada alat pembentuk darah.
B.
Struktur Node getah bening
Walaupun hal ini,
ilmu usia namun para peneliti masih menyadari dengan akar penyebab leukemia.
Namun, tekad untuk mengetahui tentang alasan yang tepat berkembang hari demi
hari di ilmuwan. Hal ini diketahui oleh penelitian bahwa leukemia lebih sering
terjadi jika laki-laki daripada perempuan. Namun, hal ini masih dapat
diidentifikasi mengapa penyakit ini lebih pada laki-laki dan mengapa penyakit
ini terjadi adalah satu orang dan tidak dalam satu lain.
C.
Etiologi (Faktor dan Penyebab)
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat
faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
1. Faktor
genetic yaitu virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen
(Tcell Leukemia – Lhymphoma Virus/ HLTV). Genetika atau Down syndrome adalah aspek
bahwa tubuh tidak dapat berubah.
2. Radiasi
Radiasi
dapat meningkatkan frekuensi LMA dan LMA. Tidak ada laporan mengenai hubungan
antara radiasi dengan LLK. Beberapa laporan yang mendukung:
Ø
Para pegawai radiologi lebih
sering menderita leukemia
Ø
Penderita dengan radioterapi
lebih sering menderita leukemia
3. Obat-obat
imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol.
4. Faktor
herediter, misalnya pada kembar monozigot.
5. Kelainan
kromosom, misalnya pada down sindrom. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001)
6. Faktor leukemogenik
Terdapat beberapa
zat kimia
yang telah diidentifikasi dapat memengaruhi frekuensi leukemia:
Ø
Racun lingkungan seperti benzena
Ø
Bahan kimia industri seperti insektisida
Ø
Obat untuk kemoterapi
7.
Virus
Virus dapat menyebabkan
leukemia seperti retrovirus, virus leukemia feline, HTLV-1 pada dewasa.
Leukemia
biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis
leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan
kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan
resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu
(misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap
leukemia.
D.
Manifestasi klinik
Manifestasi
klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :
Tanda
dan gejala leukemia yang di timbulkan umumnya berbeda diantara penderita, namun
demikian secara umum dapat di gambarkan sebagai berikut :
1.
Penderita akan
menampakkan cepat lelah, pucat, dan benapas cepat (sel darah merah dibawah
normal menyebabkan oksigen dalam tubuh kurang, akibatnya penderita bernapas
cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oksigen dalam tubuh).
2. Perdarahan
Ketika Platelet (sel
pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar karena di dominasi oleh sel darah
putih, maka penderita akan mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya
jentik mereha lebar/kecil dijaringan kulit)
3. Terserang
injeksi
Sel darah putih
berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama melawan penyakit infeksi.
Pada penderita leukemia, sel darah putih yang diterbentuk adalah tidak normal. Sehingga tidak befungsi
semestinya. Akibatnya tubuh penderita rentan terkena infeksi virus/bakteri,
bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan adanya demam, keluar cairan
putih dari hidung (meler) dan batuk.
4. Nyeri
tulang persendian
Hal ini disebabkan
sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow) mendesak padat oleh sel darah
putih.
5. Nyeri
akut
Nyeri perut juga
merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel leukemia dapat
terkumpul pada organ ginjal, hati, dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada
organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak
hilangnya nafsu makan.
6. Pembengkakan
kelenjar lympa.
Penderita
kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada kelenjar lympa, baik itu yang
dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas menyaring
darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan pembengkakan.
7. Kesulitan
bernapas (Dyspnea)
Penderita menampkkan
gejala kesulitan bernapas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus
segera dapat pertolongan medis.
E.
Patofisiologi
1. Normalnya
tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya
proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositipenia.
2. Sistem
retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan
tubuh dan mudah mengalami infeksi.
3. Manifestasi
akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem
saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yangt
akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan
peningkatan tekanan jaringan.
4. Adanya
infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati,
limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian. (Suriadi, & Yuliani R, 2001: hal.
175).
F.
Pemeriksaan
laboratorium dan diagnostik
a. Hitung
darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3
saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih
dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur.
b. Pungsi
lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat
c. Foto
toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
d. Aspirasi
sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.
e. Pemindaian
tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.
f. Pemindaian
ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
g. Jumlah
trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.
G.
Penatalaksanaan
Medis
Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan
jenis obat yang diberikan pada anak. Proses induksi remisi pada anak terdiri
dari tiga fase : induksi, konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi
(kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak menerima berbagai agens kemoterapeutik untuk
menimbulkan remisi. Periode intensif diperpanjang 2 sampai 3 minggu selama fase
konsolidasi untuk memberantas keterlibatan sistem saraf pusat dan organ vital
lain. Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk
memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-anak
adalah prednison (antiinflamasi), vinkristin (antineoplastik), asparaginase
(menurunkan kadar asparagin (asam amino untuk pertumbuhan tumor), metotreksat
(antimetabolit), merkaptopurin, sitarabin (menginduksi remisi pada pasien
dengan leukemia granulositik akut), alopurinol, siklofosfamid (antitumor kuat),
dan daunorubisin (menghambat pembelahan sel selama pengobatan leukemia akut).
(Betz, Cecily L. 2002. : 302).
DAFTAR PUSTAKA anemia
Abdulrrahman, dkk. 1995. Ilmu
Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Unifersitas. Jakarta
Behrman, Ricard E et all. Ilmu
Kesehatan Anak. Vol 2. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C. 1997. Fisiologi
Kedokteran. Ed 9. Jakarta: EGC.
Price & Wilson. 1995.
Patofisiologi. Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare. 2002.
Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis
Keperawatan Pediatrik/ Donna L. Wong: alih bahasa Monika ester, editor edisi
bahasa indonesia, Sari kurniasih. Ed 4. Jakarta: EGC
Sumber dari leukemia:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar