BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Keperawatan sebagai suatu profesi yang sampai saat ini masih
dianggap profesi yang \kurang eksis, kurang profesional, bahkan kurang
menjanjikan dalam hal finansial. Oleh karena itu keperawatan harus berusaha
keras untuk menunjukkan pada dunia luar, di luar dunia keperawatan bahwa
keperawatan juga bisa sejajar dengan profesi – profesi lain. Tugas ini akan
terasa berat bila perawat-perawat Indonesia tidak menyadari bahwa eksistensi
keperawatan hanya akan dapat dicapai dengan kerja keras perawat itu sendiri
untuk menunjukkan profesionalismenya dalam memberikan pelayanan kesehatan
terutama pelayanan keperawatan baik kepada individu, keluarga maupun
masyarakat.
Salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi keperawatan
adalah dengan mengembangkan salah satu model pelayanan keperawatan yang sesuai
dengan kondisi masyarakat Indonesia. Model keperawatan Roy, dikenal dengan
model adaptasi dimana Roy memandang setiap manusia pasti mempunyai potensi
untuk dapat beradaptasi terhadap stimulus baik stimulus internal maupun
eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat dari berbagai tingkatan usia
Aplikasi proses keperawatan menurut konsep teori Roy
di Rumah Sakit telah banyak diterapkan namun sedikit sekali perawat yang
mengetahui dan memahami bahwa tindakan keperawatan tersebut telah sesuai.
Bahkan perawat melaksanakan asuhan keperawatan tanpa menyadari sebagian
tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah penerapan konsep teori Roy.
Oleh karena itu, kelompok memandang perlu untuk
mengetahui dan mengkaji tentang penerapan model keperawatan yang sesuai
dengan teori Sister Callista Roy di lapangan atau rumah sakit, sehingga dapat
diketahui apakah teori Roy dapat diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan
keperawatan atau asuhan keperawatan .
B. Tujuan
Tujuan dari makalah untuk memahami konsep model keperawatan
menurut Roy dalam manajemen asuhan keperawatan. Dan mampu menghubungkan model
konsep Roy dengan proses keperawatan, selain itu juga kami berharap makalah ini
bisa memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan( KDK)
BAB II
PEMBAHASAN
A.Model Konsep dan Teori Keperawatan
Sister calista roy.
Sister Calissta Roy yang lahir di Los Angeles pada tanggal
14 Oktober 1939, Mendefinisikan bahwa keperawatan merupakan suatu analisa
proses dan tindakan sehubungan dengan perawatan sakit atau potensial seseorang
untuk sakit. Teori adaptasi Suster Calista Roy (Roy dan Obloy,
1979,roy,1980,1984,1989) memandang klien sebagai suatu sistem adaptasi. Sesuai
dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk
beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran,
dan hubugan interdependensi selama sehat dan sakit (mariner-Tomery,1994).
Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy
tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi
mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan.
Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari
Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk memulai membangun
pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari
datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan
individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah
studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977
menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan
model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan
profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan,,
dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan
kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manusia dan spirit. Keyakinan
filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.
B.
Konsep adaptasi Roy.
Definisi dan Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual
model adaptasi roy adalah:
1.
Sistem adalah kesatuan dari beberapa
unit yang saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan yang utuh dengan
ditandai adanya input, control, proses, output, dan umpan balik.
2.
Derajat adaptasi adalah perubahan
tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konstektual dan residual dengan
standar individual, sehingga manusia dapat berespon adaptif sendiri.
3.
Problem adaptasi adalah kejadian
atau situasi yang tidak adekuat terhadap penurunan atau peningkatan kebutuhan.
4.
Stimulus fokal adalah derajat
perubahan atau stimulus yang secara langsung mengharuskan manusia berespon
adaptif. Stimulus fokal adalah presipitasi perubahan tingkah laku.
5.
Stimulus konstektual adalah seluruh
stimulus lain yang menyertai dan memberikan konstribusi terhadap perubahan
tingkah laku yang disebabkan atau dirangsang oleh stimulus fokal.
6.
Stimulus residual adalah seluruh
factor yang mungkin memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku,
akan tetapi belum dapat di validasi.
7.
Regulator adalah subsistem dari
mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural, cemikal, dan proses
endokrin.
8.
Kognator adalah subsistem dari
mekanisme koping dengan respon melalui proses yang kompleks dari persepsi
informasi, mengambil, keputusan dan belajar.
9.
Model efektor adaptif adalah
kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean, interdependensi dan konsep diri.
10.
Respon adaptif adalah respon yang
meningkatkan intergritas manusia dalam mencapai tujuan manusia untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan reproduksi.
11.
Fisiologis adalah kebutuhan
fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses adaptasi dilakukan
untuk pengaturan cairan dan elektrolit, aktivits dan istirahat, eliminasi,
nutrisi, sirkulasi dan pengaturan terhadap suhu, sensasi, dan proses endokrin.
12.
Konsep diri adalah seluruh keyakinan
dan perasaan yang dianut individu dalam satu waktu berbentuk : persepsi,
partisipasi, terhadap reaksi orang lain dan tingkah laku langsung. Termasuk
pandangan terhadap fisiknya (body image dan sensasi diri) Kepribadian yang
menghasilkan konsistensi diri, ideal diri, atau harapan diri, moral dan etika
pribadi.
13.
Penampilan peran adalah penampilan
fungsi peran yang berhubungan dengan tugasnya di lingkungan social.
14.
Interdependensi adalah hubungan
individu dengan orang lain yang penting dan sebagai support sistem. Di dalam
model ini termasuk bagaimana cara memelihara integritas fisik dengan
pemeliharaan dan pengaruh belajar.
Model Konseptual Adaptasi roy, ada empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan adalah manusia, Lingkungan; kesehatan; keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan, juga termasuk dalam elemen penting pada konsep adaptasi.
1. Manusia
Roy
mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem
adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang
mempunyai input, control, output, dan proses umpan balik. Proses control adalah
mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik
manusia di definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator
dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara adaptasi yaitu :
fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai
suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan
zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat
digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai
satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan
atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem
manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses control dan umpan
balik serta output.
Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah
dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu
itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variable satandar yang berlawanan
yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus
internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus
manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya dilakukan.
Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah
mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan
subsistem kognator. Regulator dan kognator adalah digambarkan sebagai aksi
dalam hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu : fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
a.)
Model Fungsi Fisiologi.
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, model fungsi
fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis
dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1.
Oksigenasi : Kebutuhan tubuh
terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor
gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2.
Nutrisi : Mulai dari proses ingesti
dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan
mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
3.
Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil
dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy
1991).
4.
Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan
keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan
fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen
tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5.
Proteksi/ perlindungan : Sebagai
dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur integumen ( kulit,
rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi,
trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6.
The sense / perasaan : Penglihatan,
pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan
lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.(
Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7.
Cairan dan elektrolit. :
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air, elektrolit, asam
basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi
sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984,
dalam Roy 1991).
8.
Fungsi syaraf / neurologis :
Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dari regulator koping
mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan
mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik
untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9.
Fungsi endokrin : Aksi endokrin
adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan
mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan
dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard
& Valentine dalam Roy,1991).
b.)
Model Konsep Diri
Model konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan
penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari
konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi,
aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari
dua komponen yaitu the physical self dan the personal self.
1.
The physical self, yaitu
bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan
gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa
kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan
seksualitas.
2.
The personal self, yaitu berkaitan
dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan spiritual diri orang
tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang
berat dalam area ini.
c.)
Model fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial
seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran
primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat
memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya
d.)
Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang
dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan
menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan
dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh
kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi
dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan
menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah
respon inefektif. Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau
meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif
itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik respon-respon memberikan
lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sisem.
Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi
atau koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan
biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran respon
yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ
endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan
perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi,
pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya
mempertahankan untuk mencari bantuan.
2.
Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar
manusia. Lingkungan merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang
adaptif sama halnya lingkungan sebagai stimulus eksternal dan internal. Lebih
lanjut stimulus itu dikoelompokkan menjadi tiga jenis stimulus yaitu : fokal,
konstektual, dan residual. Lebih luas lagi lingkungan didefinisikan sebagai
segala kondisi, keadaan disekitar dan mempengaruhi keadaan, perkembangan dan
perilaku manusia sebagai individu ata kelompok.
3.Kesehatan.
Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia menyatakan secara tidak langsung bahwa kkesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi Integritas adalah sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada integritas kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera.
Dalam model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi yang bebas energi dari koping yang inefektif dan mengizinkan manusia berespon terhadap stimulus yang lain. Pembebasan energi ini dapat meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi kesehatan. Hal ini adalah pembebasan energi yang menghubungkan konsep adaptasi dan kesehatan.
Adaptasi adalah komponen pusat dalam model keperawatan.
Didalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi dipertimbangkan
baik proses koping terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses
adaptasi termasuk fungsi holistic untuk mempengaruhi kesehatan secara positif
dan itu meningkatkan integritas. Proses adaptasi termasuk semua interaksi
manusia dan lingkungan terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari proses ini
dimulai dengan pperubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yan
gmembutuhkan sebuah respon. Perubahan – perubahan itu adalah stressor atau
stimulus fokal dan ditengahi oleh factor-faktor konstektual dan residual.
Bagian-bagian stressor menghasilkan interaksi yang biasanya disebut stress.
Bagian kedua adalah mekanisme koping yang merangsang untuk menghasilkan respon
adaptif dan inefektif.
Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan
digambarkan dalam istilah kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang
meliputi : kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang
disebut integritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi keseimbangan dinamik
equilibrium yang meliputi peningkatan dan penurunan respon-respon. Setiap
kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh adaptasi, sehingga dinamik equilibrium
manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang besar dari stimulus
dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem adaptif. Jadi
peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi pada
keadaan sejahtera atau sehat. Adaptasi kemudian disebut sebagai suatu fungsi
dari stimuli yang masuk dan tingkatan adaptasi.
4.Keperawatan
Roy (1983) menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek. Sebagai ilmu, keperawatan mengobservasi, mengklasifikasikan dan menghubungkan proses yang secara positif berpengaruh pada status kesehatan. Sebagai disiplin, praktek, keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan untukmenyediakan pelayanan pada orang-orang. Lebih spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu da praktek dari peningkatan adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan untuk mempengaruhi kesehatan secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok dalam situasi yang berkaitan dengan kesehatan, Jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam model tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan.
Keperawatan adalah berhubungan dengan manusia sebagai satu
kesatuan yang berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan tanggapan terhadap
stimulus internal dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor
yang tidak biasa atau koping mekanisme yang lemah membuat upaya manusia yang
biasa menjadi koping yang tidak efektif, manusia memerlukan seorang perawat.
Ini tidak harus, bagaimanapun diinterpretasikan umtuk memberi arti bahwa
aktivitas keperawatan tidak hanya diberikan ketika manusia itu sakit. Roy
menyetujui, pendekatan holistic keperawatan dilihat sebagai proses untuk
mempertahankan keadaan baik dan tingkat fungsi yang lebih tinggi.
Keperawatan terdiri dari dua yaitu : tujuan keperawatan dan
aktivitas keperawatan. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia
dengan lingkungan. Jadi peningkatan adaptasi dalam tiap empat cara adaptasi
yaitu : (1) fungsi fisiologis; (2) konsep diri; (3) fungsi peran dan (4)
interdependensi. Dorongan terhadap peningkatan integritas adaptasi dan
berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian dengan
damai. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam suatu area
dengan tingkatan adaptasi manusia. Ketika stimulus fokal tersebut berada pada
area tersebut dimana manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau respon
efektif. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan
memnugkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain. Kondisi tersebut dapat
mencapai peningkatan penyembuhan dan kesehatan. Jadi peranan penting adaptasi
sangat ditekankan pada konsep ini.
Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas
keperawatan yang digunakan pada proses keperawatan meliputi : pengkajian,
diagnosa keperawatan , tujuan, intervensi dan evaluasi. Adaptasi model
keperawatan menetapkan “data apa yang dikumpulkan, bagaimana mengidentifikasi
masalah dan tujuan utama. Pendekatan apa yang dipakai dan bagaiman mengevaluasi
efektifitas proses keperawatan”.
Unit analisis dari pengkajian keperawatan adalah interaksi
manusia dengan lingkungan. Proses pengkajian keperawatan adalah interaksi
manusia dengan lingkungan. Proses pengkajian termasuk dalam dua tingkat
pengkajian Tingkat pertama mengumpulkan data tentang perilaku manusia, dalam
tiap empat cara penyesuaian diri. Data-data tersebut dikumpulkan dari data
observasi penilaian respond an komuniokasi dengan individu. Dari data tersebut
perawat membuat keputusan sementara tentang apakah perilaku dapat menyesuaikan
diri atau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian adalah mengumpulkan data
tentang fokal, konstektual dan residual stimuli. Selama tingkat pengkajian ini
perawat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang
diobservasi pada pengkajian tingkat pertama. Keterlibatan ini penting untuk
menetapkan faktor-faktor utama yang mempengaruhi perilaku.
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian,
yaitu :
1. Tahap I : Pengkajian Perilaku.
1. Tahap I : Pengkajian Perilaku.
Ini merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan
mengumpulkan data dan memutuskan klien adptif dan maladaptive. Termasuk dalam
model ini adalah kebutuhan dasar manusia apakah dapat dipengaruhi oleh
kekurangan atau kelebihan. Misalnya terlalu sedikit oksigen, terlalu tinggi
gula darah atau terlalu banyak ketergantungan. Perawat menggunkan wawancara,
observsi dan pengukuran untuk mengkaji perilaku klien sekarang dan setiap mode.
Berdasarkan pengkajian ini perawat menganalisis apakah perilaku ini adaptif,
maladaptive atau potensial maladaptive.
2. Tahap II: Pengkajian faktor – faktor yang berpengaruh
Pada tahap ini termasuk pengkajan stimuli yang signifikan
terhadap perubahan perilaku seseorang yaitu stimuli focal, kontekstual dan
residual.
a)
Identifikasi stimuli focal.
Stimuli focal merupakan perubahan penilaku yang dapat
diobserasi. Perawat dapat melakukan pengkaian dengan menggunakan pengkajian
perilaku yaitu : Keterampilan melakukan observasi, melakukan pengukuran dan
interview.
b)
Identifikasi stimuli kontekstual
Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab
terjadinya perilaku atau presipitasi oleh stimulus focal. Sebagal contoh anak
yang di rawat dirumah sakit mempunyai peran perilaku yang inefektif yaitu tidak
belajar. Focal stimulus yang dapat dildentifikasi adalah adanya fakta bahwa
anak kehlangan skedul sekolah. Stimulus kontekstual yang dapat diidentiflkasi
adalah secara internal faktor anak menderita sakit dan faktor eksternalnya
adalah anak terisolasi. Stimulasi kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat
melalul observasi, pengukuran, interview dan validasi.
Menurut Martinez, 1976 dalam Roy 1989, faktor kontekstual
yang mempengaruhi mode adaptif adalah genetic, sex, tahap perkembangan, obat,
alkohol, tembakau, konsep diri, peran fungsi, interdependensi, pola interaksi
sosial, koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi, dan lingkungan fisik.
c)
Identifikasi stimuli residual.
Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa
lalu. Helson dalam Roy, 1989 menjelaskan bahwa beberapa faktor dari pengalaman
lalu relevan dalam menjelaskan bagaimana keadaan saat ini. Sikap, budaya,
karakter adalah faktor residual yang sulit diukur dan memberikan efek pada
situasi sekarang.
a. Diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan menurut teori adaptasi Roy
didefinisikan sebagai suatu hasil dari proses pengambilan keputusan berhubungan
dengan kurang mampunya adaptasi. Diagnosa keperawatan dirumuskan dengan
mengobservasi tingkah laku kilen terhadap pengaruh lingkungan. Menurut Roy
(1991) ada 3 metode dalam membuat diagnosa keperawatan
Menggunakan 4 (empat) model adaptif, yaitu fisiologis,
konsep diri, fungsi peran dan interdependen.
4. Penentuan Tujuan
Roy (1984) menyampaikan bahwa secara urnum tujuan pada
intervensi keprawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku
adaptif dan mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan
dibagi atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka
panjang yang akan dicapai meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekeuasaan.
Tujuan jangka pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah
dilakukan manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.
5.
Intervensi
Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan , mengubah
atau memanipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskan
pada koping individu atau zona adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai
dengan kemampuan indMdu untuk beradaptasi.
Tindakan keperawatan berusaha membantu stimulus menuju perilaku adaptif. Hal ini menekankan kembali pentingnya mengidentifikasi penyebab selama pengkajian tahap II.
Tindakan keperawatan berusaha membantu stimulus menuju perilaku adaptif. Hal ini menekankan kembali pentingnya mengidentifikasi penyebab selama pengkajian tahap II.
6.
Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi
keperawatan sehubungan dengan tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkah
laku pasien setelah diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika
tingkah laku pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
penutup
KESIMPULAN
Berdasarkan
analisa terhadap model adaptasi Roy, maka kelompok menganalisa bahwa model keperawatan
roy lebih menekankan pada manusia secara holistik yang memiliki mekanisme
koping untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Konsep ini juga
menekankan pentingnya individu untuk mempertahankan perilaku secara adaptif dan
mampu merubah perilaku yang maladaptif agar dapat meningkatkan kesehatannya.
Model konseptual Roy berisi 4 elemen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Manusia dipandang sebagai sitem adaptasi kehidupan yang perilakunya dapat diklasifikasikan menjadi respon yang adaptif atau respon yang inefektif. Lingkungan terdiri stimulus internal dan eksternal. Kesehatan adalah proses menjadi terintegrasi dan dapat mencapai tujuan untuk hidup, pertumbuhan, reproduksi, penguasaan. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi yang berhubungan dengan adaptasi mode, menggunakan informasi tentang tingkat adaptasi manusia dan stimulus fokal, kontekstual, dan residual.
Setelah penulis melakukan analisis SWOT pada konseptual calista Roy, penulis menyimpulkan bahwa konseptual ini dapat digunakan di Indonesia dengan mempertahankan keuntungan, memanfaatkan kesempatan, memperbaiki kelemahan serta menekan ancaman yang ada.
Model konseptual Roy berisi 4 elemen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Manusia dipandang sebagai sitem adaptasi kehidupan yang perilakunya dapat diklasifikasikan menjadi respon yang adaptif atau respon yang inefektif. Lingkungan terdiri stimulus internal dan eksternal. Kesehatan adalah proses menjadi terintegrasi dan dapat mencapai tujuan untuk hidup, pertumbuhan, reproduksi, penguasaan. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi yang berhubungan dengan adaptasi mode, menggunakan informasi tentang tingkat adaptasi manusia dan stimulus fokal, kontekstual, dan residual.
Setelah penulis melakukan analisis SWOT pada konseptual calista Roy, penulis menyimpulkan bahwa konseptual ini dapat digunakan di Indonesia dengan mempertahankan keuntungan, memanfaatkan kesempatan, memperbaiki kelemahan serta menekan ancaman yang ada.